Hari Air Sedunia 22 Maret diperingati setiap tahun. Di Indonesia ancaman krisis air di depan mata menjelang kemarau 2023 yang diprediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Air merupakan salah satu sumber daya yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Setiap manusia dan makhluk hidup lainnya pasti membutuhkan air untuk bertahan hidup entah untuk diminum atau untuk kebutuhan lainnya.
Yuk, simak informasi selanjutnya terkait Hari Air Sedunia yang mengutip dari laman World Health Organization (WHO), laman UNESCO, laman United Nations (UN/PBB), buku Kesehatan Lingkungan karya Victor Trismanjaya Hulu, dkk dan buku Renewable Energy Systems and Desalination yang diterbitkan oleh UNESCO.
Sejarah Hari Air Sedunia
Hari Air Sedunia diperingati setiap tahunnya pada tanggal 22 Maret sebagai sarana untuk memusatkan atensi masyarakat akan pentingnya air bersih dan mengadvokasi pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
Permulaan ditetapkannya peringatan Hari Air Sedunia adalah agenda global yang secara kuat mengangkat isu penyediaan air berkualitas tinggi secara internasional. Peningkatan kesadaran global terkait sifat dan ruang lingkup masalah air internasional dimulai sekitar tahun 1960.
Kemudian pada Sidang Umum PBB ke-47 tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Janeiro, Brazil menetapkan 22 Maret setiap tahunnya sebagai Hari Air Sedunia. Peringatan akan Hari Air Sedunia mulai dilaksanakan pada tahun 1994 dengan tema yang berbeda setiap tahunnya.
Peringatan Hari Air Sedunia ditujukan agar seluruh penduduk dunia menyadari pentingnya air bersih pada kehidupan. Diharapkan pula agar masyarakat memberi dukungan dalam konservasi air dengan cara mengurangi penggunaan air yang berlebih.
Sebagian masyarakat dunia masih kekurangan air bersih dan berdampak yang cukup serius. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) diketahui bahwa diperkirakan sekitar 829.000 orang setiap tahunnya meninggal karena diare. Diare tersebut disebabkan oleh air yang kotor, sanitasi dan kebersihan tangan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan meningkatkan atensi masyarakat atas pentingnya air bersih. Peningkatan atensi masyarakat dapat dilakukan melalui peringatan Hari Air Sedunia.
Hari Air Sedunia 2023
Pada tahun 2023, fokus yang diangkat oleh PBB dalam Hari Air Sedunia adalah untuk mempercepat perubahan untuk mengatasi krisis air dan sanitasi. Salah satu upaya yang dilakukan PBB adalah mengadakan kampanye Hari Air Sedunia 2023.
Kampanye global ini dinamai 'Be The Change' untuk mendorong masyarakat dunia mengambil peran dalam cara untuk menggunakan, mengkonsumsi dan mengelola air. Setiap individu yang berpartisipasi akan membuat janji pada situs web kampanye dan akan berkontribusi pada Agenda Aksi Air 2023 yang akan dibuka pada Hari Air Sedunia, 22 Maret 2023.
Agenda Aksi Air merupakan kumpulan komitmen sukarela dari pemerintah, perusahaan, organisasi, anggota masyarakat dll. Aksi ini dilakukan untuk memberikan kemajuan pada target air dan sanitasi yang disepakati secara global terutama dalam 6 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG 6): air dan sanitasi untuk semua pada tahun 2030.
Berdasarkan data terbaru yang didapatkan oleh PBB, SDG 6 saat ini berada di luar jalur yang seharusnya. Pemerintah harus bekerja rata-rata empat kali lebih cepat agar dapat memenuhi SDG 6 tepat waktu.
Peran kecil dari masyarakat dibutuhkan untuk mengatasi disfungsi pada siklus air. DIsfungsi ini diketahui dapat memengaruhi berbagai permasalahan global seperti kesehatan hingga kelaparan, kesetaraan gender hingga pekerjaan, pendidikan hingga industri serta bencana hingga perdamaian.
Upaya Menjaga Kebersihan Air
Menjaga kebersihan air merupakan tugas kita bersama untuk memerangi krisis air bersih yang saat ini menjadi isu global. Berikut merupakan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan air:
Melakukan daur ulang barang bekas
Melalui upaya ini diharapkan dapat mengurangi sampah yang dapat mencemari air sungai dan laut sebagai akibat maraknya penggunaan barang-barang sekali pakai.
Buang sampah B3 pada tempatnya
Sampah B3 merupakan sampah yang mengandung bahan kimia berbahaya dan memiliki pengaruh kronis dan akut. Jika kita membuang sampah B3 pada tempatnya kita dapat mencegah pencemaran sumber air pemukiman penduduk melalui limbah B3.
Meminimalisir penggunaan bahan kimia
Bahan kimia yang terlarut dalam air diketahui dapat menghancurkan ekosistem perairan. Hal tersebut menyebabkan sebaiknya kita meminimalisir penggunaan bahan kimia.
Hemat air
Kita harus memanfaatkan air sebaik mungkin. Penggunaan air yang berlebihan dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan kekeringan.
Melakukan penghijauan
Salah satu fungsi yang dipunyai oleh tumbuhan adalah untuk melakukan penyaringan air. Hal tersebut menyebabkan penanaman pohon di sekitar sungai dapat menjaga saluran air agar tetap bersih.
Melakukan sosialisasi
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan air adalah dengan sosialisasi. Bukti nyata yang dilakukan oleh PBB adalah dengan peringatan Hari Air Sedunia.
Waspada Krisis Air di RI Jelang Kemarau 2023
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan dalam The 10th World Water Forum Kick Off Meeting di Jakarta Convention Centre, Jakarta, Rabu (15/2/202) lalu bahwa krisis air imbas perubahan iklim yang mengganggu siklus hidrologi sudah nyata di dunia. Ada beberapa wilayah kebanjiran, ada yang malah kekeringan.
"Krisis air terjadi hampir di seluruh belahan dunia dan menjadi krisis global yang harus diantisipasi setiap negara. Tidak peduli itu negara maju atau berkembang. Karenanya, isu ini harus menjadi perhatian bersama seluruh negara tanpa terkecuali," ungkap Dwikorita.
Dwikorita mencontohkan, World Meteorological Organization (WMO) pada tahun 2022 yang lalu melaporkan bahwa kekeringan dan kelangkaan air telah melanda Eropa, Amerika Utara Barat, Amerika Selatan Barat, Mediterania, Sahel, Amerika Selatan, Afrika Utara, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Timur, Asia Selatan, Australia Tenggara dan berbagai wilayah lain di Bumi. Namun, pada saat yang sama, banjir juga terjadi Easton Sahil, Pakistan, Indonesia, hingga Australia Timur.
"Tidak ada perbedaan antara negara maju dan negara berkembang. Keduanya sama-sama menderita akibat kekeringan dan banjir. Jadi, sekali lagi kekeringan dan banjir adalah dampak yang sama akibat dari dari kencangnya laju perubahan iklim yang diperparah dengan kerusakan lingkungan" urainya.
Bahkan BMKG mengajak masyarakat memanen air hujan untuk persiapan.
"Mumpung saat ini hujan masih turun, maka kami mengimbau kepada seluruh masyarakat dan pemerintah daerah untuk melakukan aksi panen hujan dengan cara menampungnya menggunakan tandon air atau bak penampung," tutur Dwikorita.
Dwikorita menguraikan dalam waktu beberapa bulan yang akan datang, curah hujan dengan kategori intensitas rendah diprediksi dapat terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Sektor-sektor yang terdampak seperti sumber daya air, kehutanan, pertanian, dan kebencanaan, perlu melakukan langkah antisipatif untuk meminimalkan potensi dampak kekeringan sebagai konsekuensi kondisi curah hujan rendah tersebut.
"Pada saat kemarau nanti, air tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dampak kekeringan akibat musim kemarau. Utamanya daerah-daerah yang rawan kekeringan seperti Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara Barat (NTB)," tuturnya.
Nah, apa aksi detikers memperingati Hari Air Sedunia 22 Maret ini?
Simak Video "17 Persen Wilayah RI Diprediksi Masuk Musim Kemarau Mulai April"
[Gambas:Video 20detik]
(nwk/nwk)