Gempa bumi besar terjadi di Turki hingga Suriah pada Senin (6/2/2023) dini hari dengan magnitudo 7,8. Pusat gempa berada 26 km sebelah timur kota Nurdagi Provinsi Gaziantep Turki, pada kedalaman 17,9 km.
Berdasarkan laporan detikNews, gempa bumi tersebut diperkirakan merenggut lebih dari 3.800 korban meninggal dunia.
Ahli ilmu bumi di Universitas Terbuka, Inggris, David Rothery mengatakan Turki berada di zona gempa aktif di mana terdapat lempeng Anatolia di antara dua patahan besar, Patahan Anatolia Utara dan Patahan Anatolia Timur.
Adapun gempa yang melanda Turki dan Suriah kemarin adalah gempa yang disebabkan oleh pergerakan di sepanjang Patahan Anatolia Timur.
Baca juga: Analisis Pakar BMKG soal Gempa Turki M 7,8 |
Apa Itu Patahan Anatolia Timur?
Sesar atau Patahan Anatolia Timur (EAF) adalah patahan transformasi sisi kiri sepanjang 700 km yang terletak di antara lempeng Anatolia dan Arab.
Dalam studi yang diterbitkan oleh Oxford University, Patahan Anatolia Timur dijelaskan memiliki pola kegempaan heterogen dengan celah seismik, kluster lokal, dan zona difusi luas.
Mengutip CNN Indonesia, patahan celah lurus (strike-slip fault) EAF juga memiliki lempeng bebatuan yang solid bergerak ke atas dan saling berlawanan di sepanjang garis vertikal patahannya.
Kondisi tersebut menyebabkan tekanan hingga salah satu lempeng tergelincir dalam gerak horizontal. Akibatnya, gerakan tersebut melepaskan jumlah tekanan yang luar biasa yang bisa menyebabkan gempa.
Selain itu, akibat patahan Anatolia Timur ini, pakar juga menyebut bahwa beberapa wilayah Turki mengalami pergerakan tiap tahunnya.
"Turki bergerak ke barat sekitar 2 sentimeter per tahun di sepanjang patahan Anatolia Timur. Separuh dari panjang patahan ini sekarang diterangi oleh gempa bumi," ucap David dikutip Nature.
Mengapa Ada Banyak Korban Jiwa?
Seismolog dan koordinator Yayasan Gempa Turki, Seyhun Puskulcu, mengatakan orang-orang di Turki sangat menyadari kerentanan terhadap gempa bumi.
Bahkan, pihaknya juga telah melakukan sosialisasi kesadaran gempa kepada masyarakat di kota Adana, Tarsus, Mersin, dan Turki Barat.
Namun, beberapa pakar menilai unsur bangunan di Turki dan Suriah yang rentan, diduga menjadi faktor yang memperburuk jumlah korban jiwa dalam gempa.
Menurut Survei Geologi AS, populasi Turki selatan tinggal di struktur yang sangat rentan terhadap guncangan gempa, dengan (bangunan) pasangan bata tanpa tulangan dan rangka beton bertingkat rendah.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Maret 2022 lalu di Soil Dynamics and Earthquake Engineering, Arzu Arslan Kelam dari Universitas Teknik Timur Tengah, Ankara, dan rekannya menyarankan bahwa pusat Gaziantep berpotensi mengalami kerusakan sedang hingga parah akibat gempa berkekuatan 6,5 skala Richter.
Selain itu, menurut peneliti kehormatan pada Survei Geologi Inggris, Roger Musson, alasan lain yang membuat gempa itu sangat mematikan adalah waktu terjadinya gempa pada dini hari, atau sekitar pukul 04.17 waktu setempat.
Hal itu karena kebanyakan orang masih tertidur di rumah masing-masing. Sehingga, Musson menilai situasi itu membuat banyak orang 'terjebak ketika rumah-rumah mereka ambruk' akibat gempa.
Simak Video "Pakar Ungkap Penyebab Gempa Turki yang Dahsyat dan Mematikan"
[Gambas:Video 20detik]
(faz/nwy)