Ramai Petisi Kembalikan WFH, Pakar UGM: Bukan Solusi Atasi Kemacetan

Ramai Petisi Kembalikan WFH, Pakar UGM: Bukan Solusi Atasi Kemacetan

Anisa Rizki Febriani - detikEdu
Jumat, 06 Jan 2023 15:00 WIB
Kendaraan nampak menumpuk di sejumlah jalanan ibu kota. Di hari pertama puasa banyak orang berlomba-lomba untuk buka bersama keluarga dan kerabat.
Kemacetan di Jakarta (Foto: Rifkianto Nugroho)
Jakarta -

Baru-baru ini, petisi mengenai kembalikan Work From Home (WFH) di Jakarta jadi bahan perbincangan di media sosial. Dalam petisi tersebut dikatakan Work From Office (WFO) membuat macet jalanan dan berpengaruh pada tingkat stres para pekerja yang berujung pada kurangnya performa kerja.

Berkaitan dengan itu, Ketua Pusat Studi Transportasi Universitas Gadjah Mada (Pustral UGM), Ir Ikaputra M Eng PhD menuturkan bahwa petisi yang disampaikan cukup logis. Jika dilihat dari kondisi saat pandemi Covid-19, tentu banyak pihak pekerja kantoran yang merasakan sejumlah manfaat ketika WFH.

Manfaat tersebut seperti efisiensi waktu, penghematan bahan bakar, menekan emisi gas dan polusi akibat penggunaan kendaraan menuju tempat kerja, dan masih banyak lagi. Menurut Ikaputra, jauh sebelum pandemi sebetulnya telah ada teknologi komunikasi secara online.

Hanya saja, teknologi tersebut jarang digunakan untuk mendukung proses kerja. Nah, ketika pandemi ini kita dituntut untuk menggunakan teknologi tersebut demi mendukung pekerjaan yang dilakukan secara daring.

Situasi itu lantas memunculkan pemahaman terkait keuntungan penggunaan teknologi komunikasi secara online untuk para pekerja.

Banyak Sektor yang Tidak Bergerak Ketika WFH

Ikaputra memaparkan, perlu dipahami ada banyak sektor termasuk transportasi yang tidak bergerak dan tidak produktif terutama yang bekerjanya harus bertatap muka dan memanfaatkan mobilitas, bukan kantoran.

"Saat tidak bergerak, di rumah saja, ada banyak orang yang tidak mendapatkan penghasilannya," jelasnya dikutip dari laman resmi UGM pada Jumat (6/1/2023).

Pengamat tata rancang kota itu juga mengatakan bahwa persoalan yang terjadi bukanlah pada kebijakan WFH atau WFO, hanya saja lebih ke arah bagaimana menggunakan sistem komunikasi yang memudahkan orang-orang berkegiatan dalam berbagai aspek kehidupan.

Kemacetan Dapat Ditekan dengan Penggunaan Transportasi Publik

Sementara itu, mengenai kemacetan Jakarta yang disoroti karena kembalinya sistem kerja WFO sebetulnya dapat ditekan jika masyarakat memiliki kesadaran untuk menggunakan transportasi publik ketimbang kendaraan pribadi untuk menuju tempat kerja atau menjalani aktivitas sehari-hari.

Sayangnya, hingga saat ini masih banyak masyarakat Jakarta yang memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk bepergian ketimbang memakai transportasi umum.

"Untuk itu, penting membangun mindset dan budaya memahami keuntungan menggunakan transportasi publik itu banyak manfaatnya," kata Ikaputra.

Dosen Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Teknik UGM itu melihat permasalahan mengenai transportasi di Jakarta adalah pada layanan dan jumlah penduduknya. Namun, Jakarta terus berbenah untuk mewujudkan transportasi publik yang lebih baik dengan penambahan dan perbaikan di berbagai fasilitas.

Contohnya saja seperti peresmian Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral dan terbesar di Indonesia. Pengembangan Stasiun Manggarai tentu akan meningkatkan kapasitas jumlah penumpang yang transit di sana.

WFH Bukan Solusi Mengurai Kemacetan Jakarta

Lebih lanjut Ikaputra menuturkan, apabila WFH kembali diterapkan maka akan menghambat dan menghentikan kerja transportasi publik.

"Perputaran ekonomi di sektor transportasi akan berhenti, perputaran ekonomi hanya terjadi di kantor saja. Ini yang harus dipahami juga," terangnya.

Di sisi lain, pengamat transportasi UGM, Prof Dr Ing Ir Ahmad Munawar, MSc mengatakan bahwa WFH bukan jawaban untuk mengatasi persoalan macet di Jakarta.

Masalah ini dapat diselesaikan dengan penyediaan fasilitas angkutan umum yang memadai serta pengurangan kendaraan pribadi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Transportasi Umum di Jakarta Jadi yang Terbaik

Ia menjelaskan, dari semua kota di Indonesia, penggunaan angkutan terbaik adalah di Jakarta. Transportasi di daerah ini tergolong lengkap, mulai dari MRT, Trans Jakarta, ada integrasi dan keterpaduan angkutan umum di Jakarta dengan kabupaten kota di sekitarnya.

"Jakarta itu sudah terbaik dalam penggunaan angkutan umumnya, tapi karena jumlah penduduknya yang sedemikian banyak sehingga perlu diperbaiki lagi," ujarnya.

Ahmad Munawar menguraikan, persentase penggunaan angkutan umum di Jakarta termasuk tinggi, tetapi banyak yang tinggal di luar Jakarta sehingga perlu penambahan angkutan umum dan subsidi yang tinggi.

Sementara itu, kebijakan bekerja yang akan dilakukan secara WFH dan WFO sebaiknya ditetapkan sama rata di setiap sektor. Sebaiknya, pengaturan kebijakan sistem kerja dilakukan oleh instansi masing-masing dan disesuaikan dengan jenis pekerjaan maupun kondisi pegawainya.



Simak Video "Petisi 'Kembalikan WFH' Sudah Ditandatangani Hampir 15 Ribu Orang"
[Gambas:Video 20detik]
(aeb/nwk)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia