Bekerja Terlalu Keras dan Harus Sukses, Pakar UGM Ingatkan Bahaya Hustle Culture

Bekerja Terlalu Keras dan Harus Sukses, Pakar UGM Ingatkan Bahaya Hustle Culture

Fahri Zulfikar - detikEdu
Rabu, 04 Jan 2023 19:34 WIB
Ilustrasi bekerja
Foto: Getty Images/iStockphoto/bunditinay/ilustrasi hustle culture
Jakarta -

Apakah kamu menganggap bahwa bekerja sangat keras agar bisa mencapai kesuksesan adalah hal yang normal? Hati-hati, bisa jadi kamu sedang melakukan hustle culture.

Istilah hustle culture menjadi populer di kalangan generasi muda saat ini. Hustle culture mengacu pada gaya hidup yang menekankan bekerja lebih banyak dan keras serta menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang normal.

Psikolog dari UGM, Indrayanti, MSi, PhD, mendefinisikan hustle culture sebagai sebuah istilah yang berkembang dari workaholic. Kondisi ini bisa terjadi pada siapapun tidak hanya di dunia kerja, tetapi juga di dunia pendidikan.

Secara umum, gaya hidup seperti ini bisa digambarkan dengan tuntutan pekerjaan yang harus direspons secara profesional dan kualitas tinggi agar tidak dinilai buruk.

Hal itu pada akhirnya membuat seseorang tidak memiliki waktu untuk diri sendiri atau keluarga. Kondisi ini berkembang lagi menjadi toxic productivity.

"Melihat kondisi kerja yang situasinya pada workaholic akhirnya kepikiran, ada racun di pikiran. Jangan-jangan yang disebut produktif yang harus kerja keras, lembur, dan akan merasa bersalah jika gak kayak gitu," ujarnya dikutip dari laman resmi UGM, Rabu (4/1/2023).

Mengapa Hustle Culture Bisa Muncul?

Indrayanti mengatakan situasi hustle culture yang terjadi pada tiap-tiap individu kemudian menjadi sebuah fenomena yang dilihat di lingkungan.

Akibatnya, kemudian menjadi sebuah gaya hidup atau budaya. Hal ini membuat banyak generasi muda berpikir tentang produktivitas yang tepat adalah yang banyak dinormalkan.

Terlebih muncul sebuah fenomena bahwa generasi muda harus terus bekerja agar tidak merasa tertinggal dengan yang lain.

Hustle culture kian populer seiring dengan berkembangnya media sosial. Kebanyakan orang membagikan pencapaiannya melalui media sosial ini yang semakin memupuk perasaan insecure dan membandingkan diri dengan orang lain.

"Kalau orang lain kaya gitu berarti produktif itu yang kerja keras, lembur sampai malam, bawa laptop sampai tiga. Jika tidak melakukan hal seperti itu lantas menjadi insecure," tutur Indrayanti.

"Hustle culture itu mindsetnya kita hidup untuk kerja yang lain entar dulu. Bukan kerja untuk hidup," imbuhnya.

Ciri-ciri Hustle Culture

Menurut, Indrayanti ada ciri-ciri yang bisa dikenali dari hustle culture ini, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Terus memikirkan pekerjaan di setiap waktu dan tempat

2. Terjadi ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi

3. Tidak sempat untuk memikirkan kebahagiaan sendiri

4. Merasa ada sensasi fisik dalam dirinya seperti pusing, sakit perut, tidak enak badan yang sering dikeluhkan karena pekerjaan yang terlalu berat.

5. Merasa kurang percaya diri dan insecure

6. Jarang merasa puas terhadap apa yang telah dikerjakan, merasa masih ada yang salah dan harus terus bekerja agar sempurna.

"Dalam pikiran itu harus keras bekerja, bukan bekerja keras dengan strategi. Ambisius untuk terus aktif sehingga tidak peka dengan sinyal-sinyal dalam tubuhnya hingga saat banyak stresor masuk tubuhnya ambruk, stres, burnout, terjadi kelelahan psikologis," tuturnya.

Bagaimana Cara Mengatasi Hustle Culture?

Agar tidak berada dalam situasi ini, Indrayanti mengatakan bahwa generasi muda perlu untuk tetap terkoneksi secara riil dengan lingkungan dan berkolaborasi.

Dengan langkah tersebut bisa membuka pikiran masing-masing dan mengetahui jika fenomena yang terjadi tidak hanya dihadapi dirinya sendiri tetapi juga oleh orang lain.

"Dengan begitu perasaan untuk selalu membandingkan diri dengan orang lain bisa ditekan dan mencari solusi dengan berkolaborasi untuk kebermanfaatan masyarakat dan bangsa," tutup psikolog UGM tersebut.



Simak Video "Kata Psikolog soal Aksi Brutal Mario Dandy Dikaitkan dengan Generasi Strawberry"
[Gambas:Video 20detik]
(faz/nwk)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia