Peneliti Kembangkan Tes Darah Terbaru, Prediksi Alzheimer Sebelum Bergejala

ADVERTISEMENT

Peneliti Kembangkan Tes Darah Terbaru, Prediksi Alzheimer Sebelum Bergejala

Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 22 Des 2022 11:00 WIB
Dementia written in wooden cubes on a table from well ordered to chaotic
Pengembangan tes darah terbaru bisa prediksi penyakit Alzheimer jauh sebelum gejala muncul. Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta -

Peneliti dari University of Washington mendapati bahwa jenis tes darah terbaru bisa memprediksi penyakit Alzheimer pada seseorang jauh sebelum gejala hilang ingatan atau lupa muncul. Caranya yakni lewat mendeteksi racun tersembunyi di balik penyakit tersebut.

Penelitian ini dituangkan Dylan Shea dkk. dalam artikel penelitian uji SOBA berjudul SOBA: Development and Testing of a Soluble Oligomer Binding Assay for Detection of Amyloidogenic Toxic Oligomers di laman Proceeding of the National Academy of Sciences (PNAS) Amerika Serikat, 9 Desember 2022 lalu.

Jika proof-of-concept dari riset ini dapat dites lebih lanjut dan diujikan dalam skala yang lebih besar, tes darah terbaru ini bisa mempercepat diagnosis penyakit Alzheimer, seperti dilansir Science Alert.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih jauh, tes darah ini kemudian juga akan memungkinkan orang mengetahui kondisinya dan mendapat akses lebih cepat ke perawatan yang layak, jauh sebelum penyakit Alzheimer berkembang di tubuhnya.

Tes Darah Baru untuk Prediksi Alzheimer

Semula, peneliti di University of Washington menciptakan tes darah baru yang dirancang untuk menangkap prekursor molekuler dalam darah yang dapat menyebabkan protein terlipat dan menggumpal secara tidak teratur di otak.

ADVERTISEMENT

Gumpalan protein ini akan membentuk plak amiloid beta (AΞ²), ciri-ciri keberadaan penyakit Alzheimer pada tubuh. Namun, peran plak ekstraseluler ini dalam penurunan kognitif tidak pasti.

Umumnya, plak AΞ² dianggap sebagai pemicu awal disfungsi dan kehilangan neuron. Proses ini akan berakhir pada munculnya penurunan kognitif.

Di sisi lain, penelitian terbaru mendapati bahwa plak AΞ² hanya ada di sepertiga pasien Alzheimer. Sementara itu, orang yang tidak mengalami defisit kognitif juga mempunyai AΞ² di otaknya. Ini artinya, plak AΞ² ekstraseluler di otak belum tentu beracun, tetapi bisa jadi berasal dari racun molekuler yang sulit dideteksi.

Racun Penyebab Alzheimer

Racun molekuler yang diduga berada di balik penyakit Alzheimer ini pada dasarnya merupakan versi fungsional AΞ² yang ditemukan pada sel. Karena itu, ia juga disebut oligomer AΞ² beracun.

Beberapa peneliti University of Washington menilai, oligomer AΞ² beracun bisa merusak neuron secara halus dan dari jauh, lalu membuat sel menjadi plak dan gumpalan ekstraseluler.

Hipotesis ini lalu diuji lewat uji pengikatan oligomer terlarut yang akurat bernama SOBA. Para peneliti mendapati, uji SOBA ini bisa membantu dokter dan tenaga medis lain untuk memprediksi penyakit Alzheimer.

"Apa yang diinginkan oleh dokter dan peneliti adalah tes diagnostik yang andal untuk penyakit Alzheimer. Bukan hanya tes yang mengonfirmasi diagnosis Alzheimer, tetapi tes yang juga dapat mendeteksi tanda-tanda penyakit sebelum gangguan kognitif terjadi," kata Valerie Daggett, bioengineer dari University of Washington, dikutip Kamis (22/12/2022).

"Ini penting untuk kesehatan individu dan untuk semua penelitian, tentang bagaimana oligomer beracun amiloid beta terus berlanjut dan menyebabkan kerusakan yang mereka lakukan. Apa yang kami tunjukkan di sini adalah bahwa SOBA mungkin menjadi dasar dari tes semacam itu," sambungnya.

Uji SOBA

Pada uji pertamanya, para peneliti menguji SOBA pada plasma darah 310 peserta. Beberapa peserta menunjukkan gangguan kognitif ringan atau penyakit Alzheimer, sementara yang lain memiliki kesehatan kognitif yang baik.

Dengan mengukur oligomer AΞ² beracun dalam plasma darah, uji SOBA menilai ada 53 peserta dengan Alzheimer. Setelah kematiannya, para peserta tersebut terkonfirmasi mengidap penyakit tersebut saat hidup.

Sementara itu pada kelompok kontrol, uji SOBA mendeteksi oligomer pada sampel plasma darah 11 orang. Rupanya, 10 dari 11 tersebut didiagnosis memang mengalami gangguan kognitif ringan atau Alzheimer.

Dengan tanda protein salah lipat, uji SOBA diperkirakan juga dapat mendeteksi penyakit Parkinson, diabetes tipe II, dan demensia Lewy.




(twu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads