Tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan sistem pemantauan atmosfer, cuaca, dan iklim. Sistem ini disebut tidak terpengaruh oleh cuaca berawan maupun badai.
Sistem tersebut berangkat dari sistem Global Navigation Satellite System Radio Occultation (GNSS-RO). Pengembangannya antara lain diharapkan dapat membantu manusia memprediksi dan menghindari cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pentingnya Pengamatan Cuaca dan Iklim RI-Global
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Noersomadi menjelaskan, cuaca dan iklim memberi pengaruh yang besar terhadap berbagai aktivitas masyarakat. Baik cuaca, suhu, arah dan kecepatan angin, awan, serta kabut memengaruhi kelancaran jalur transportasi, terlebih pada penerbangan dan transportasi laut.
Cuaca dan iklim juga berpengaruh besar pada industri dan mata pencaharian warga. Industri garam, contohnya, membutuhkan terik matahari lebih banyak untuk produksinya. Sedangkan nasib warga pertanian dipengaruhi cuaca dan iklim dalam penentuan jenis tanaman yang sesuai dan waktu tanamnya.
Noersomadi menjelaskan, kesehatan manusia juga dipengaruhi cuaca dan iklim. Sebab, penyakit-penyakit tertentu bisa muncul di cuaca tertentu.
"Bidang budaya, iklim memengaruhi cara hidup masyarakat Indonesia, seperti cara berpakaian, dan sebagainya. Selain itu, iklim memengaruhi juga perencanaan konstruksi bangunan," terangnya dalam keterangan resmi BRIN, dikutip Jumat (13/12/2024).
Pengembangan GNSS-RO
Pengukuran cuaca dan iklim menjadi penting untuk memberikan peringatan akan kejadian ekstrem dan titik awal prakiraan cuaca dan iklim masa depan. Pengukuran cuaca dan iklim juga penting untuk mengetahui catatan akurat mengenai masa lalu dan masa kini, serta belajar dari data yang dihasilkan.
Sistem GNSS-RO menggunakan metode penginderaan jarak jauh dengan sinyal satelit navigasi (GNSS) terhadap satelit yang mengorbit dengan ketinggian rendah di atas bumi. Pengembangan metode penginderaan jarak jauh GNSS-RO dapat digunakan dalam pengamatan profil vertikal atmosfer bawah dan atas bumi dalam skala global.
Mereka menilai, pengembangan sistem ini bisa digunakan sebagai perangkat menganalisis cuaca, pemantauan iklim, verifikasi model, penelitian cuaca luar angkasa dan ionosfer, serta analisis gelombang gravitasi.
Karena itu, dari GNSS-RO, Noersomadi mengembangkan sistem informasi bernama GNSS for Atmospheric Observation and Tracking the Climate Change (GATOTKACA). Penerapannya di skala global terutama dapat digunakan untuk riset dinamika atmosfer dan hidrometeorologi.
Sistem GATOTKACA memberikan informasi kandungan uap air di atas 2 km di wilayah Indonesia. Informasi ini ditampilkan dalam bentuk data dan profil parameter dasar atmosfer, meliputi temperatur, kelembapan, dan tekanan udara yang diperoleh dari satelit Constellation Satellites for Meteorology, Ionosphere, and Climate mission #2 (COSMIC-2) GNSS-RO.
Kelebihan GATOTKACA
Noersomadi menjelaskan, GATOTKACA mempermudah analisis dan interpretasi data. Sebab, sistem ini memungkinkan visualisasi overlay teknik kontur pada peta dasar Indonesia yang sudah dilengkapi legenda, lintang, dan bujur.
"Pengguna cukup mengakses data kelembapan dalam bentuk list data atau viewer data yang telah divisualisasikan," jelasnya.
Ia menjelaskan, visualisasi dari GATOTKACA ini dapat disortir (filter) berdasarkan tahun, tanggal, dan jam. Seluruh data yang diperoleh juga dapat dapat diunduh (download) secara gratis untuk dianalisis penggunannya lebih lanjut.
Akurasi yang baik, resolusi vertikal yang tinggi, dan cakupan global darat dan laut juga menjadi keunggulan sistem baru ini.
"Dan yang paling utama adalah pengukuran dengan teknik GNSS-RO dapat dilakukan terus menerus, yang berarti tidak dibatasi keadaan cuaca seperti cerah, berawan, badai, dan lainnya," jelasnya.
Pembahasan lebih lanjut tetang GNSS-RO serta pemanfaatannya hingga menjadi GATOTKACA bisa disimak pada Talkshow Bisaan Bangga (Bincang Sains Kawasan Bandung Garut) di kanal YouTube BRIN Indonesia, hari ini pukul 14.00 WIB.
(twu/nwk)