Apakah Kamu Punya Fobia? Dosen Unpad Ciptakan Inovasi Ini untuk Terapi

ADVERTISEMENT

Apakah Kamu Punya Fobia? Dosen Unpad Ciptakan Inovasi Ini untuk Terapi

Anisa Rizki - detikEdu
Kamis, 03 Nov 2022 09:30 WIB
Dosen Unpad mengembangkan teknologi VR untuk mengatasi rasa takut penderita fobia.
Foto: Doc. Unpad/Dosen Unpad
Jakarta -

Ketika seseorang mengalami ketakutan berlebih terhadap sesuatu, maka ia sering disebut mengidap fobia. Tingkatan fobia yang parah mengharuskan penderitanya menjalani perawatan profesional seperti terapi.

Biasanya, penderita fobia akut harus mengikuti rangkaian terapi secara bertahap. Berkaitan dengan itu, dosen dari Departemen Psikologi Klinis Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Aulia Iskandarsyah, M.Psi., M.Sc., PhD, mengembangkan sebuah perangkat Virtual Reality (VR) berbasis Virtual Reality Exposure Therapy untuk terapi rasa takut dan fobia.

VR tersebut memiliki keunggulan potensial, hal ini dijelaskan langsung oleh Aulia pada acara Hard Talk Edisi Virtual Reality untuk Terapi Rasa Takut dan Fobia melalui kanal YouTube Unpad.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama, penggunaannya mudah. Seseorang bisa mengundang sesuatu atau lingkungan yang dia takuti tanpa harus ke dunia nyatanya," jelasnya dikutip dari laman resmi kampus pada Rabu (2/11/2022).

Telah Dikembangkan Sejak Tahun 2017

Aulia telah mengembangkan VR terapi rasa takut dan fobia sejak tahun 2017. Pengembangan ini dilakukan bersama peneliti lain di Fakultas Psikologi dan Fakultas MIPA Unpad.

ADVERTISEMENT

Dari berbagai teknologi yang dikembangkan, VR dengan menggunakan perangkat Oculus Quest 2 ini dinilai lebih ringkas. Studi awalnya berupa intervensi untuk mengatasi rasa takut akan gelap.

Cara Kerja Alat Terapi VR

Dosen Psikologi itu memberi contoh seseorang yang memiliki fobia terbang melalui perangkat VR akan dihadirkan lingkungan virtual seolah-olah sedang berada di pesawat terbang.

Jadi, penggunaan teknologi ini untuk menghadirkan realitas ke dalam dunia virtual, bukan sebaliknya.

Keunggulan lain dari VR tersebut yaitu efektivitas biaya. Sebab, prosedur intervensi oleh Psikolog tidak perlu dilakukan dalam ruangan khusus.

Terlebih, inovasi ini memberikan kepercayaan bahwa pasien lah yang memiliki kemampuan mempelajari ulang sesuatu dan mengatasi ketakutannya.

"Handlingnya ada dalam diri dia (pasien)," lanjut Aulia.

Menurutnya, rasa takut dan fobia disebabkan dari proses belajar individu. Oleh karena itu, proses intervensi psikologis untuk mengatasi hal tersebut yaitu dilakukan dengan mempelajari ulang atau (re-learning).

Nantinya, seseorang bisa menjadi lebih rasional dalam memandang rasa takutnya, sehingga kehidupannya tidak akan terganggu.

Apakah Penggunaan VR Efektif untuk Penderita Fobia?

Terkait hasil penggunaan teknologi ini, Aulia mengatakan, mereka yang mencoba VR tersebut mengalami penurunan intensitas rasa takut. Namun, bukan berarti ketakutan tersebut hilang 100 persen.

Studi lainnya ia terapkan kepada penderita yang mengalami rasa cemas untuk berbicara di depan publik. Tim menyiapkan level tertentu yang akan dihadapi pengguna. Setiap level itu memiliki jumlah audiens yang berbeda.

"Setelah dia mengatasi satu sesi, maka dia akan masuk ke sesi (level) berikutnya, sehingga itu menambah kepercayaan dirinya. Dan hasil risetnya menunjukkan bahwa orang yang telah melakukan latihan dengan simulasi VR ini dia lebih percaya diri dan berkurang rasa cemasnya untuk melakukan presentasi di depan orang," papar Aulia.

Untuk meningkatkan kepercayaan diri, tim lalu memberikan reward kepada penderita. Ketika mereka berhasil menyelesaikan satu level, sistem akan menampilkan sebuah ucapan yang mendorongnya untuk bisa melangkah ke level selanjutnya.

Lebih lanjut Aulia menjelaskan bahwa teknologi terapi VR di luar negeri sudah umum digunakan. Hanya saja, di Indonesia belum banyak yang familiar dengan aktivitas tersebut.

"Saya kira Unpad menjadi salah satu yang pertama mengembangkan ini," pungkasnya.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads