Berdasarkan catatan sejarah, ini bukan kali pertama krisis Inggris terjadi. Ada beberapa resesi parah yang pernah dialami negara tersebut, bahkan bisa ditelusuri sejak abad ke 15.
Sejarah Krisis Inggris
1. The Great Slump (1430-1480)
Mengutip History UK, The Great Slump pada abad ke-15 ini disebut sebagai salah satu "credit crunches" di sejarah Inggris. Kurangnya perak menyebabkan mata uang memburuk, sehingga para pemberi pinjaman abad pertengahan mulai menjatah kredit.
Krisis berikutnya menyebar ke seluruh negeri dan ekonomi tidak betul-betul pulih sampai lebih dari 50 tahun.
2. The Great Frost (1709)
Musim dingin yang luar biasa beku di Eropa pada 1708-1709 mengakibatkan perdagangan ikut berhenti. Sungai Thames yang membeku, awalnya menjadi gelanggang es raksasa yang membuat banyak warga London gembira.
Namun, kesenangan itu berubah jadi ketakutan karena hawa dingin berlangsung selama tiga bulan.
Pada waktu es akhirnya mencair, banjir yang meluas pada akhirnya mendatangkan malapetaka untuk sebagian besar sektor pertanian. Panen gagal, harga biji-bijian meroket, dan rakyat di seluruh negeri menghadapi kelaparan.
Waktu itu, dibutuhkan 10 tahun agar perekonomian Inggris kembali bangkit.
3. Crisis of 1772
Adanya Crisis of 1772 digambarkan sebagai krisis perbankan modern pertama yang dihadapi Bank of England. Krisis Inggris pada 1772-1773 asalnya dari London, sebelum kemudian menyebar ke Skotlandia dan Republik Belanda.
4. Long Depression (1873-1896)
Inggris kerap dianggap sebagai negara yang paling terdampak atas Long Depression. Bermula dari runtuhnya Bursa Efek Wina pada 1873, Inggris kemudian mengalami periode stagnasi ekonomi.
Stagnasi ekonomi tersebut menyebabkan penurunan ekspor yang pesat dan peningkatan pengangguran. Resesi ini berlangsung selama 23 tahun.
5. Depression of 1920-1921
Inggris keluar sebagai pemenang dalam Great War pada 1918, tetapi ada kerugian dalam segi finansial dan sumber daya manusia. Memang, Inggris sempat menikmati era meroketnya ekonomi setelah perang karena modal swasta diinvestasikan ke perekonomian.
Namun, hal ini tak berlangsung lama. Inflasi melonjak dan ekspor menurun, disebabkan pada waktu itu dunia masih mengalami resesi akibat Perang Dunia I dan pandemi flu Spanyol pada 1918.
Selain kelima resesi di atas, ada beberapa krisis Inggris lainnya yang dianggap paling parah, yaitu The Great Depression pada 1929-1933, Early 1980s Recession, dan Global Financial Crisis (2008-2009).
(nah/nwy)