Tafsir Surah Al Baqarah Ayat 163 Menurut Ibnu Katsir, Jalalain, dan Lainnya

Kristina - detikEdu
Jumat, 16 Sep 2022 17:00 WIB
Ilustrasi Al-Qur'an surah Al Baqarah ayat 163 dan tafsirnya. Foto: Getty Images/iStockphoto/Husam Cakaloglu
Jakarta -

Al Baqarah adalah surah terpanjang dalam susunan mushaf Al-Qur'an. Surah ini menjelaskan tentang berbagai syariat termasuk tauhid, seperti terdapat dalam surah Al Baqarah ayat 163.

Surah Al Baqarah terdiri dari 286 ayat. Pada ayat ke-163, Allah SWT menjelaskan bahwa diri-Nya adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, serta tidak ada yang sama dengan-Nya. Hal ini dikatakan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Tafsir Surah Al Baqarah Ayat 163

وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ لَآاِلٰهَ اِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ ࣖ ١٦٣

Wa ilāhukum ilāhuw wāḥid, lā ilāha illā huwar-raḥmānur-raḥīm

Artinya: "Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." (QS Al Baqarah: 163)

Ibnu Katsir menafsirkan lebih lanjut, dalam surah Al Baqarah ayat 163 ini dijelaskan, Dia adalah Allah Yang Maha Esa yang menjadi tempat bergantungnya segala sesuatu. Tidak ada Tuhan yang wajib disembah dan bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Tafsir mengenai asma ini juga terdapat dalam permulaan surah Al Fatihah.

Disebutkan dalam Tafsir Jalalain, "(Dan Tuhanmu) yang patut menjadi sembahanmu, (adalah Tuhan Yang Maha Esa) yang tiada bandingan-Nya, baik dalam zat maupun sifat, (tiada Tuhan melainkan Dia) (Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)."

Kemudian, ketika mereka menuntut buktinya lalu turunlah ayat 164 yang menjelaskan tentang penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, dan berbagai urusan lainnya.

Adapun menurut Tafsir Tahlili Kementerian Agama RI, surah Al Baqarah ayat 163 menjelaskan bahwa Allah Tuhan yang Maha Esa, yang Maha Pemurah, Maha Penyayang. Dialah yang berhak disembah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya dengan menyembah berhala-berhala dan lain sebagainya.

Lebih lanjut, ayat tersebut juga menyebut bahwa Dialah yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, yang sangat luas dan banyak rahmat-Nya dan tidak boleh meminta pertolongan (dalam hal-hal yang di luar kesanggupan kodrat manusia) kecuali kepada-Nya, karena meminta rahmat dan pertolongan kepada selain-Nya adalah syirik dan berarti mengakui adanya kekuatan selain dari kekuasaan-Nya.

Buya Hamka menjelaskan dalam Tafsir al-Azhar, maksud dari, "Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa" adalah dalam menciptakan alam ini Dia tidak bersekutu dengan yang lain. Tidak ada Tuhan melainkan Dia sendirinya.

Oleh sebab itu, kata Buya Hamka, tidak ada yang layak buat dipuja dan disembah melainkan Dia. Kalau Allah yang menciptakan alam, bukan kepada berhala kita meminta terima kasih.

Lebih lanjut, Buya Hamka menjelaskan bahwa surah Al Baqarah ayat 163 ini juga menanamkan rasa cinta, selain rasa tauhid. Ia menjelaskan, makna "Yang Mahamurah lagi Maha Penyayang" adalah terasalah kemurahan-Nya dan kasih sayang-Nya di dalam seluruh alam ini.

"Ayat ini selain menanamkan rasa tauhid, juga menanamkan rasa cinta. Rasa cinta adalah lebih mendalam jika kita selalu menikmati keindahan alam sekeliling kita. Allah bukanlah diakui oleh akal saja adanya, bahkan juga dirasakan dan diresapkan dalam batin, dalam kehalusan dan keindahan," jelas Buya Hamka.

Asbabun Nuzul Surah Al Baqarah Ayat 163

Turunnya surah Al Baqarah ayat 163 membuat heran orang-orang musyrikin. Sebagaimana dikatakan Sa'id bin Manshur dalam Sunannya, al-Faryabi dalam tafsirnya dan al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman meriwayatkan dari Abudh Dhua, dia berkata,

"Ketika turun firman Allah, 'Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang'. (QS Al Baqarah: 163)

Orang-orang musyrik pun terheran-heran, lalu mereka berkata, 'Satu Tuhan? Kalau benar apa yang dikatakannya, coba dia datangkan kepada kami sebuah ayat.'

Maka turunlah firman, "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi,... bagi orang-orang yang mengerti.'" (QS Al Baqarah: 164)

Jalaluddin as-Suyuthi mengatakan dalam Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, hadits tersebut adalah mu'dhal. Akan tetapi, katanya, aa riwayat lain yang menguatkannya yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abusy Syekh di dalam kitab al-Azhamah dari Atha', dia berkata,

"Ketika turun firman Allah, 'Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang' (QS Al Baqarah: 163)

Rasulullah SAW masih berada di Mekkah. Mendengar ayat itu, orang-orang kafir Quraisy berkata, 'Bagaimana satu Tuhan cukup untuk semua orang?'

Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi,... bagi orang-orang yang mengerti.'" (QS Al Baqarah: 164)



Simak Video "Video: Bahlil Lahadalia Salat Id di Masjid Ainul Hikmah Golkar"

(kri/lus)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork