Tahukah kamu? Sebetulnya ada tiga istilah dalam bahasa Arab yang dapat menjelaskan makna memuji Allah SWT. Meski demikian, ketiganya memiliki tingkatan yang berbeda menurut Prof Nasaruddin Umar.
Tiga istilah yang dimaksud tersebut adalah syukur, tahmid, dan tamaddah. Ketiga kata tersebut sama-sama memiliki makna memuji Allah SWT, namun apa perbedaannya?
Pertama yaitu, istilah tamaddah. Tamaddah, berdasarkan penuturan Prof Nasaruddin, merupakan bentuk memuji dalam bentuk ucapan namun menggerutu di dalam hatinya. "Itulah yang disebut lain di mulut, lain di hati," kata dia melalui Mutiara Ramadan detikcom yang tayang pada Minggu (17/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, ada tingkatan kedua dari bentuk memuji yakni, tahmid yang akar katanya berasal dari himiddah. Berbeda dengan tamaddah, tahmid ini artinya mengungkapkan pujian sesuai dengan apa yang ada di dalam hati.
"Tahmid itu (adalah) hatinya (turut) memuji indah sama seperti yang keluar dari mulut seseorang. Sama antara di hati dengan yang di mulut," tutur Imam Besar Masjid Istiqlal ini.
Terakhir adalah syukur yang juga memiliki makna dengan memuji dalam hati maupun lisan. Lantas apa yang membedakannya dengan tahmid?
Syukur adalah tingkatan tertinggi dalam memuji Allah SWT. Menurut Prof Nasaruddin, syukur dimaknai dengan ungkapan pujian yang sama antara di mulut dan di hati, serta ditambah dengan aksi berbuat kebaikan sebagai tanda syukur tersebut.
Anjuran untuk bersyukur pun telah disebutkan dalam firman Allah SWT surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih,'"
Kemudian, pentingnya bersyukur juga diungkap dalam salah satu riwayat hadits Rasulullah SAW. Disebutkan bahwa orang yang tidak mampu mensyukuri hal sedikit maka tidak akan mampu mensyukuri nikmat yang banyak.
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
Artinya: "Barang siapa yang tidak mensyukuri sesuatu yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak." (HR Ahmad).
Dalam riwayat lain ditegaskan pula keutamaan dari bersyukur atas nikmat Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,
"Allah SWT tidak memberi suatu nikmat kepada seorang hamba kemudian ia mengucapkan Alhamdulillah. Kecuali Allah SWT menilai ia telah mensyukuri nikmat itu. Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah yang kedua, maka Allah SWT akan memberinya pahala yang baru lagi. Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah untuk yang ketiga kalinya, maka Allah SWT mengampuni dosa-dosanya." (HR Hakim dan Baihaqi).
Bersyukur dalam Islam juga tidak sembarangan. Prof Nasaruddin mengungkapkan dua kualitas bersyukur atas nikmat Allah SWT.
Apa saja macam-macam syukur tersebut? Jawaban selengkapnya dapat disaksikan pada Mutiara Ramadan Prof Nasaruddin Umar: Tahmid dan Syukur DI SINI, ya!
(rah/lus)