Taiwan dikenal sebagai salah satu negara dengan aturan penanganan COVID-19 yang ketat. Tidak mengherankan, dilaporkan The Guardian, Taiwan baru memecahkan kasus pertamanya pada Agustus 2021 lalu sejak pandemi tersebut pertama kali merebak.
Negara tersebut yang kemudian menjadi pilihan salah seorang mahasiswa Indonesia, Amirullah Wijayanto, untuk melanjutkan studi magisternya. Selama berkuliah di National Taiwan University of Science and Technology, Amir sudah menjalankan setidaknya 2 Ramadan di Taiwan.
Amir bercerita, aturan selama Ramadan tahun ini dapat dikatakan lebih longgar dibandingkan dengan pelaksanaan Ramadan sebelumnya. Salah satu wujud nyatanya, mahasiswa asal Tangerang Selatan ini mengaku sudah bisa melaksanakan salat tarawih dan buka bersama di masjid.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Puasa di sini, alhamdulillah ngerasain (salat) tarawih di masjid dan aku bisa ngerasain buka (bersama di masjid)," kata Amir kepada detikEdu, Rabu (6/4/2022).
![]() |
Meski aturan pencegahan COVID-19 di Taiwan mulai longgar, Amir dan warga muslim di Taiwan lainnya masih harus menerapkan protokol kesehatan selama berbuka puasa. Khususnya setelah adanya kenaikan kasus di Taiwan akibat varian baru Omicron.
"Aturannya (buka bersama di masjid), kita tidak boleh bicara, tidak boleh (ambil) foto, tidak boleh (ambil) video. Benar-benar cuma duduk (dan) makan. Kalau mau ngomong tutup (pakai) masker dulu baru ngomong seperlunya," cerita dia.
Aturan yang ketat itu pula diiringi dengan penjagaan yang ketat dari pihak masjid. "Kalau ada yang terlihat ngobrol, langsung didatangi sama staf masjidnya," tutur Amir.
Di samping itu, masjid tempat untuk menggelar buka bersama tersebut menerapkan aturan self-service bagi para jemaahnya. Hal ini juga merupakan salah satu upaya menerapkan protokol kesehatan di Taiwan, khususnya Taipei.
Berdasarkan penuturan pria yang kini berusia 24 tahun tersebut, ia melaksanakan salat tarawih dan buka bersama di salah satu masjid terbesar milik Taiwan yaitu, Taipei Grand Mosque (TGM). Masjid yang hanya berjarak kurang lebih 3 km dari kampus miliknya.
"Di TGM, setiap buka puasa alhamdulilah kita diprovide (disediakan) makanan buat buka puasa seperti, kurma, air putih, biskuit, (dan) camilan versi Taiwan," terang dia.
Tidak hanya takjil untuk berbuka, Amir juga menyebut, masjid TGM menyediakan makan malam gratis bagi warga muslim di sana yang biasanya dihadiri dari negara Indonesia, India, Pakistan, dan negara-negara Afrika lainnya.
Untuk durasi puasa Ramadan di Taiwan sendiri, sebetulnya tidak jauh berbeda dengan total jam di Indonesia. Pada tahun ini, kata Amir, hanya berlangsung selama 12 jam dimulai dari imsak pukul 04.30 dan berbuka pukul 18.18 waktu setempat.
![]() |
Bedanya, puasa di Taiwan turut dilalui dengan perubahan cuaca yang ekstrem dalam hari-harinya. Sebab itulah, Amir menyebut, berpuasa di sana juga memerlukan kondisi tubuh yang sehat.
"Cuaca nya cukup ekstrem. Kalau siang panas(nya) bisa 25 derajat (Celcius), terus malam bisa 15-16 derajat," ceritanya.
Amir mengaku rencana untuk merayakan lebaran di Indonesia masih menjadi pertimbangan olehnya. Sebab, masa karantina di Taiwan disebut memakan waktu lama yang dikhawatirkan dapat mengurangi jatah liburnya.
(lus/lus)