Sidang isbat akan menentukan keputusan final jatuhnya 1 Ramadan 1443 H. Sidang tersebut akan digelar hari ini, Jumat (1/4/2022).
Hasil sidang isbat menjadi acuan pemerintah Indonesia dalam menentukan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Meski demikian, ada kemungkinan terjadi perbedaan awal Ramadan 1443 H ini karena metode yang digunakan tidak sama.
Umumnya, terdapat dua metode yang digunakan untuk menentukan permulaan bulan tersebut. Keduanya adalah hisab wujudul hilal dan rukyatul hilal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Metode hisab wujudul hilal didasarkan pada tiga syarat yakni telah terjadi ijtimak atau konjungsi, ijtimak tersebut terjadi sebelum matahari terbenam, dan pada saat matahari terbenam bulan baru telah wujud.
Sementara itu, metode rukyatul hilal mengacu pada pengamatan hilal secara langsung. Hilal merupakan bulan sabit muda pada fase awal bulan baru.
Sehingga, tidak menutup kemungkinan ada perbedaan dalam menentukan awal bulan. Kemungkinan pertama, masyarakat akan mengawali Ramadan pada 2 April 2022. Kemungkinan kedua, ada masyarakat yang akan memulai puasa pada 3 April 2022.
Menanggapi persoalan tersebut, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) Adib mengajak masyarakat untuk menunggu hasil sidang isbat. "Kita tunggu hasil sidang isbat," ujar Adib, dalam keterangannya, Kamis (31/3/2022).
Sidang isbat sendiri diselenggarakan oleh Kemenag, sebagaimana amanah fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Ada empat hal yang diatur dalam fatwa tersebut. Pertama, penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah dilakukan berdasarkan metode rukyat dan hisab oleh Pemerintah RI cq Menteri Agama dan berlaku secara nasional.
Kedua, seluruh umat Islam di Indonesia wajib menaati ketetapan Pemerintah RI tentang penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Ketiga, dalam menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah, Menteri Agama wajib berkonsultasi dengan MUI, ormas-ormas Islam dan instansi terkait.
Keempat, hasil rukyat dari daerah yang memungkinkan hilal dirukyat walaupun di luar wilayah Indonesia yang mathla'nya sama dengan Indonesia dapat dijadikan pedoman oleh Menteri Agama RI.
Proses Sidang Isbat dalam Menentukan 1 Ramadan 1443 H
Sebagaimana yang selama ini berjalan, lanjut Adib, sidang isbat dihadiri oleh MUI, perwakilan ormas Islam, DPR, sejumlah duta besar negara sahabat, serta kementerian dan lembaga terkait.
Kemenag berperan sebagai fasilitator bagi para ulama, ahli, dan cendekiawan untuk bermusyawarah menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Forum ini sekaligus menjadi sarana untuk berdiskusi.
"Sidang isbat selama ini menjadi sarana bertukar pandangan para ulama, cendekiawan, maupun para ahli terkait penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Hasil sidang isbat ini akan segera diinformasikan kepada masyarakat agar bisa dijadikan sebagai pedoman," jelasnya
Terkait perbedaan, Adib mengaku bahwa potensi itu ada saja. Sebelumnya juga pernah terjadi perbedaan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah akibat perbedaan metode yang digunakan. Adib berpesan untuk saling menghormati perbedaan tersebut.
"Jika pun ada beda awal Ramadan, sudah semestinya kita mengedepankan sikap saling menghormati agar tidak mengurangi kekhusyu'an dalam menjalani ibadah puasa," pesannya.
Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Kemenag, Ismail Fahmi, menjelaskan bahwa pada hari pelaksanaan rukyat atau pemantauan, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, berkisar antara 1 derajat 6,78 menit sampai dengan 2 derajat 10,02 menit.
Fakta itulah yang menjadi dasar bagi mereka yang menggunakan metode hisab wujudul hilal untuk menetapkan awal Ramadan bertepatan 2 April 2022.
Sementara Kemenag, sebagaimana fatwa MUI, menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah berdasarkan metode hisab dan rukyat. Hasil perhitungan astronomi atau hisab, dijadikan sebagai informasi awal yang kemudian dikonfirmasi melalui metode rukyat (pemantauan di lapangan).
"Posisi hilal pada kisaran 1 sampai 2 derajat ini cukup krusial dalam konteks rukyat atau pemantauan. Apalagi, kriteria baru yang disepakati MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), awal bulan masuk jika posisi hilal saat matahari terbenam sudah 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Dalam konteks inilah ada potensi perbedaan awal Ramadan," jelasnya.
Sidang isbat akan digelar setelah mendapatkan laporan hasil pemantauan hilal. Ismail mengajak masyarakat untuk menunggu pengumuman hasil sidang tersebut.
"Sidang isbat akan menunggu laporan hasil pemantauan hilal, apakah ada yang melihat ataukah tidak. Selanjutnya, peserta sidang akan bermusyawarah untuk menentukan awal Ramadan. Jadi, mari tunggu pengumuman hasil dari sidang isbat," tandasnya.
(kri/lus)