Jelang digelarnya sidang isbat, potensi adanya perbedaan awal Ramadan 1443 H diakui oleh Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) Adib. Dua perbedaan waktu dimulainya Ramadan 1443 H diprediksi berkisar antara Jumat (2/4/2022) dan Sabtu (3/4/2022).
"Potensi itu (perbedaan awal Ramadan 1443 H) ada saja. Sebelumnya, pernah juga terjadi perbedaan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah," kata Adib dalam keterangannya, Kamis (31/3/2022).
Menurut Adib, perbedaan penetapan awal Ramadan 1443 H terjadi karena adanya perbedaan metode yang digunakan. Kedua metode tersebut adalah metode ikmanur rukyat dan metode hisab wujudul hilal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pemerintah melalui Kemenag akan menggunakan metode hisab dan rukyat sesuai dengan Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Ditambah lagi, pemerintah mulai mengadopsi kriteria baru dari Menteri Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada 2021.
Untuk itulah, Adib meminta masyarakat Indonesia menanti hasil sidang isbat yang didasarkan dari perhitungan hisab dan hilal. Hasil hisab sebagai informasi awal yang kemudian dikonfirmasi melalui pemantauan hilal di lapangan.
Apa yang dimaksud dengan metode penentuan awal Ramadan dengan hisab dan hilal?
1. Metode hisab wujudul hilal
Metode penentuan awal Ramadan yang pertama adalah hisab wujudul hilal. Metode hisab ini merupakan metode penentuan awal Ramadan melalui perhitungan astronomis.
Dalam artian, metode hisab wujudul hilal menentukan awal bulan baru tanpa melakukan pemantauan dengan mata telanjang selama memenuhi kriteria tertentu. Mengutip laman Muhammadiyah, tiga syarat kriteria yang dimaksud tersebut di antaranya:
1. Telah terjadi ijtimak (konjungsi)
2. Ijtimak (konjungsi) itu terjadi sebelum matahari terbenam
3. Pada saat terbenamnya matahari piringan atas bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud)
Semua kriteria tersebut harus terpenuhi untuk menandakan dimulainya bulan baru. Apabila ada satu yang tidak terpenuhi maka belum masuk bulan baru.
Dengan catatan, kriteria keberadaan bulan saat matahari terbenam di atas ufuk tidak berlaku lagi bila menggunakan metode hisab hakiki kriteria ijtimak sebelum gurub (al-ijtima' qabla al-gurub).
Contohnya, jika ijtimak terjadi sebelum matahari tenggelam maka malam itu dan esok harinya sudah dapat dikatakan sebagai bulan baru. Sebaliknya, jika ijtimak terjadi sesudah matahari terbenam maka malam itu dan esok harinya masih merupakan hari penggenap bulan.
Dalam buku Pedoman Hisab Muhammadiyah dijelaskan, kriteria dalam metode hisab wujudul hilal dipahami berdasarkan firman Allah SWT surat Yasin ayat 39-40,
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ (39) لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (40)
Bacaan latin: 39. Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm, 40. Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥụn
Artinya: 39. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. 40. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Kemenag Ismail Fahmi menyebut, mereka yang menggunakan metode ini sudah dapat menentukan keputusan awal Ramadan 1443 H yakni, jatuh pada 2 April 2022.
Pasalnya, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk pada hari pelaksanaan rukyat atau pemantauan. Dengan angka kisaran antara 1 derajat 6,78 menit sampai dengan 2 derajat 10,02 menit.
2. Metode rukyatul hilal
Sebaliknya, metode rukyatul hilal didasarkan pada penglihatan dan pengamatan bulan secara langsung. Bulan yang dimaksud adalah bulan sabit muda sangat tipis pada fase awal bulan baru atau yang kemudian disebut sebagai hilal.
Pengamatan hilal dengan metode ini dilakukan pada hari ke-29 atau malam ke-30, dari bulan yang sedang berjalan. Bila malam tersebut hilal sudah terlihat maka malam itu pula sudah dimulai bulan baru.
Sebaliknya, jika hilal tidak terlihat maka malam itu adalah tanggal 30 bulan yang sedang berjalan. Malam berikutnya dimulai tanggal satu bagi bulan baru atas dasar istikmal (digenapkan).
Pedoman dari penentuan hilal dengan metode ini didasarkan oleh NU dari firman Allah SWT surat Al Baqarah ayat 189,
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ
Artinya: "Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, 'Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji,' ..."
Untuk melihat hilal, biasanya posisi bulan harus berada dua derajat di atas matahari. Syarat lainnya adalah jarak elongasi dari matahari ke arah kanan atau kiri. Semakin lebar maka makin mudah melihat hilal langsung.
Perbedaan awal Ramadan 1443 H ini tidak perlu dipermasalahkan sesuai dengan imbauan Kemenag. Sebaliknya, detikers bisa cukup menanti keputusan hasil sidang isbat yang akan digelar mulai Jumat (1/4/2022) besok.
(rah/erd)