Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat untuk menentukan 1 Ramadhan 1443 H pada Jumat (1/4/2022). Salah satu dasar yang dijadikan acuan, pemerintah akan melakukan pengamatan rukyatul hilal sebagaimana tahun sebelumnya.
"Selain data hisab (informasi), sidang isbat akan merujuk pada hasil rukyatul hilal (konfirmasi) yang dilakukan Tim Kemenag pada 78 lokasi di seluruh Indonesia," tulis rilis Kemenag yang dikutip dari lamannya, Selasa (15/3/2022).
Berdasarkan informasi ini, hilal menjadi faktor penting dalam sidang isbat. Sebetulnya, apa itu hilal dalam pandangan sains?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mendefinisikan hilal itu sendiri sebagai satu dari lima fase bulan yakni, fase bulan sabit. Tepatnya setelah bulan baru atau new moon.
Untuk lebih mudah memahaminya, berikut urutan lima fase bulan termasuk dengan hilal di dalamnya. Daftar lima fase bulan yakni:
1. Fase pertama adalah bulan baru, new moon, atau ijtimak merupakan kondisi bulan yang tidak terlihat di sepanjang malam.
2. Fase berganti pada bulan sabit setelah bulan baru. Fase inilah yang disebut sebagai hilal.
3. Fase ketiga adalah bulan separuh kuartil pertama yang menghadap ke barat setelah waktu maghrib.
4. Kemudian, beralih ke fase baru yaitu fase bulan besar.
5. Menjelang akhir bulan, tampak bulan sabit tipis yang disebut sebagai bulan tua atau disebut juga sebagai bulan tersembunyi. Sebab hanya tampak sedikit dari seluruh bagian bulan.
Pada fase new moon, posisi bulan dan matahari dalam satu garis edar sehingga memunculkan bulan baru dalam penanggalan Hijriah. Untuk itulah, fase bulan sabit muda pertama atau hilal merupakan penanda apakah hari berikutnya sudah berganti bulan atau belum.
"Sains dalam hal ini, astronomi, lebih (terfokus) pada penentuan new moon. Artinya, apakah tahap ijtimak (konjungsi) di mana dapat disebut tahap (yang digunakan) untuk menentukan apakah proses dari tahap bulan mati (ijtimak) ke arah new moon sudah terjadi atau belum," terang peneliti Astronomi Senior Planetarium Jakarta Widya Sawitar, dikutip dari LAPAN.
"Kalau sudah, artinya positif (berganti bulan). New moon inilah (wadahnya para) astronom bekerja," imbuh dia lagi.
Widya juga mengakui, adanya ketetapan new moon yang dikeluarkan LAPAN terkadang menimbulkan perbedaan dengan ketetapan syar'i. Meski statusnya diakui sebagai prasyarat di Indonesia.
"Di Indonesia, prasyarat ini (new moon menjadi new month) diakui dan ini yang kadang membuat terjadinya perbedaan, lalu ada ranahnya religi (syar'i). Dan ini yang kadang membuat terjadinya perbedaan. Namun, ini juga sudah diakomodir oleh pemerintah, jadi tidak masalah," tutur dia.
Perbedaan hilal dan bulan biasa
Untuk membedakan hilal dengan bulan biasa, menurut LAPAN, dapat terlihat melalui bentuk bulan berupa huruf U dengan posisi menghadap titik matahari. Sebaliknya, hal itu dapat dikatakan hanya pandangan atau bentukan cahaya jika yang terlihat huruf N atau dengan posisi miring.
Cecep Nurwendaya, seorang anggota Badan Hisab Rukyat Kemenag RI dari Planetarium Jakarta, juga menambahkan hilal pada umumnya berada tegak dan terlihat sebagai bulan sabit yang tipis. Meski tidak menutup kemungkinan, hilal berada sedikit ke atas atau berada sedikit ke bawah.
"Letak hilal ini, menimbulkan adanya istilah 'hilal agak tengkurap' dan 'hilal agak terlentang'. Namun, hilal juga tidak mungkin berada tepat di bagian atas atau benar-benar terlihat 'tengkurap'," kata Cecep, seperti dinukil dari laman Kominfo RI.
Hilal sendiri biasanya mulai diamati pada hari ke-29 berjalan. Setelah adanya konjungsi di arah dekat matahari terbenam, hal ini menjadi acuan permulaan bulan dalam penanggalan kalender Islam.
(rah/lus)