Sesampai di rumah Sa'ad bin Ar-Rabi, ia pun segera menunjukkan hartanya pada Abdurrahman bin Auf dan berkata:
"Ini adalah hartaku yang aku bagi menjadi dua, maka pilihlah separuh yang dapat kamu ambil untuk dirimu."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak sampai di situ saja, Sa'ad pun menawarkan rumahnya yang 2 tingkat untuk dibagi berdua dengan Abdurrahman bin Auf. Mendengar itu semua, Abdurrahman membalas dengan senyuman dan berkata:
"Wahai saudaraku, semoga Allah memberikan keberkahan dalam hartamu, keluargamu, dan rumahmu. Sebaiknya tunjukkan saja kepadaku jalan menuju pasar."
Setelah Sa'ad menunjukkan jalan menuju pasar, ia pun keluar dengan kayu bakar di pundaknya. Kayu bakar tersebut rencananya akan ia jual di pasar. Sejak hari itu pula, Abdurrahman bin Auf pun memulai perjuangan kerasnya dalam berjual beli, melaba, dan merugi di sana.
Kreativitas Abdurrahman dalam berniaga pun lahir, seperti yang ditulis oleh Ahmad Zacky El-Syafa, ia meminta tolong pada saudara barunya Sa'ad untuk membeli tanah yang kurang berharga di samping tanah pasar tersebut.
Sesaat tanah tersebut dibeli, ia pun segera membagi tanah menjadi beberapa bagian dengan ukuran yang sama besarnya. Abdurrahman kemudian mempersilakan siapa pun untuk berdagang di atas tanah tersebut tanpa dikenakan biaya sewa.
Jika hasil dari berdagang tersebut mendapat untung, Abdurrahman bin Auf hanya mengimbau mereka untuk membagi hasil seikhlasnya. Tentu saja ide cemerlang ini diterima dengan baik oleh para pedagang di sana.
Semua orang pun berbondong-bondong pindah ke pasar baru tanpa biaya operasional yang dibangun oleh Abdurrahman tersebut. Para pedagang di sana pun sukses membawa keuntungan yang besar, sehingga hal itu membawa keuntungannya berkali lipat bagi Abdurrahman.
Omzet hasil dagangannya pun semakin besar dan ia dikenal sebagai pedagang yang sukses. Nilai kekayaannya saat Abdurrahman wafat sebesar Rp 6 triliun sesuai yang dilansir dari tulisan Bahrudin dalam buku Cara Meng-Upgrade Diri Dengan Metode EnSQ Entrepreneur Spritual Question.
Namun, kekayaannya tidak lantas membuat Abdurrahman bin Auf menjadi sombong dan kikir. Dalam sebuah riwayat yang terulis dalam buku 16 Dosa Meninggalkan Salat Wajib, ia pernah menyumbangkan 40 dinar (sekitar Rp 19 juta), 500 ekor kuda untuk perang di jalan Allah, 1.500 tunggangan rahilah (unta pembawa beban berat), menyumbangkan 500 ekor unta untuk berperang dan memerdekakan 30 orang budak di hari yang sama, dan masih banyak lagi.
Nah, itu tadi kisah singkat sang pedagang sukses yang cerdas Abdurrahman bin Auf, semoga menginspirasi, ya!
Simak Video "Video: Bahlil Lahadalia Salat Id di Masjid Ainul Hikmah Golkar"
[Gambas:Video 20detik]
(nwy/nwy)