Situs Candi Kalibukbuk, Jejak Peradaban Buddha di Bali Utara

Trimina Klara - detikBali
Jumat, 12 Des 2025 10:44 WIB
Situs Candi Buddha Kalibukbuk di Singaraja, Buleleng, Bali. (Foto: Dok. Balai Arkeologi Bali)
Denpasar -

Bali dikenal sebagai Pulau Seribu Pura karena mayoritas penduduknya menganut agama Hindu. Tak banyak yang mengetahui bahwa di Bali juga terdapat jejak peradaban agama Buddha di masa lalu.

Salah satu buktinya adalah Situs Kalibukbuk yang lokasinya tak jauh dari Pantai Lovina, Singaraja, Buleleng. Candi Buddha kuno ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-8.

Meski ukurannya tidak sebesar candi-candi Budha yang ada di Pulau Jawa, keberadaan Situs Kalibukbuk cukup membuktikan bahwa Bali pernah menjadi pusat interaksi budaya dan agama yang beragam. Candi Buddha Kalibukbuk saat ini sudah ditetapkan sebagai situs cagar budaya.

Kilas Balik Penemuan Candi Buddha Kalibukbuk

Dilansir dari laman Disbud Buleleng, penemuan Candi Buddha Kalibukbuk bermula saat penggalian kolam renang di belakang Hotel Angsoka pada 1991. Saat penggalian itu, ditemukan stupika. Stupika adalah bentuk kecil dari bangunan stupa yang terbuat dari tanah liat dengan cara dicetak.

Pada 1994, benda serupa kembali ditemukan saat penggalian sumur tua yang longsor. Penggalian itu dilakukan oleh warga setempat bernama I Nengah Mawa.

Dari temuan-temuan itu, Balai Arkeologi Denpasar melakukan penelitian di situs tersebut dari tahun 1994 hingga 2002. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan studi teknis arkeologi.

Melalui kegiatan ekskavasi yang dilakukan dalam enam tahap pada situs ini, ditemukan artefak berupa batu bata motif sulur-suluran, relief gajah (Ghanesa) dan Ghana (makhluk kerdil), hingga 100 buah stupika. Pada bagian bawah stupika tersebut tersusun batu endesit.

Balai Arkeologi Denpasar menyimpulkan bahwa Candi Kalibukbuk ini sudah ada sejak abad VIII-XIV Mahesi. Penemuan unik pada situs ini yaitu relief Ganesha yang menjadi petunjuk adanya perpaduan (sinkretisme) antara ajaran Siwa-Budha di masa lalu.

Selain tinggalan arkeologi tersebut, ditemukan pula benda-benda berbentuk wadah dari tanah Liat selama proses ekskavasi. Mulai dari fragmen periuk, pasu, kendi, hingga pecahan-pecahan keramik berupa fragmen piring serta mangkuk.

Berbagai tinggalan itu menguatkan dugaan adanya permukiman warga yang memeluk agama Buddha di lokasi tersebut. Adapun, temuan artefak di Candi Buddha Kalibukbuk berupa stupika dan meterai tanah liat juga memuat mantra-mantra pemujaan kepada Buddha.

Dilansir dari akun Instagram resmi Balai Pelestarian Kebudayaan Bali, pada bagian permukaan situs yang rata terdapat mantra-mantra Buddhistis yang ditulis dengan huruf pre-Nagari dalam bahasa Sansekerta. Mantra tersebut terdiri atas lima baris yang disebut ve ie mantra.

Adapun isi mantra tersebut adalah sebagai berikut:

Ye dharma heru prabha
We hetun tesan tathagato
Hyawodat tesan ceyo ni
Rodha ewam wadi ma
Ha Crammanah

Artinya: "Keadaan sebab-sebab kejadian itu sudah diterangkan oleh tathgata (Buddha). Tuan mahatapa itu telah menerangkan juga apa yang harus diperbuat orang supaya dapat menghilangkan sebab-sebab itu."

Sebagai Tempat Pemujaan

Proses pemugaran Candi Buddha Kalibukbuk selesai dilakukan pada 2009. Saat ini, candi ini berbentuk stupa yang terdiri dari tiga candi, yakni dua candi perwara dan satu candi induk. Ketiga bangunan itu menunjukkan kaki candi (kamadhatu), badan candi (rupadhatu), serta atap candi (arupadhatu).

Saat ini, Candi Kalibukbuk digunakan oleh masyarakat sebagai tempat pemujaan oleh umat Buddha maupun Hindu. Saat Hari Raya Saraswati, umat Hindu biasanya datang dan sembahyang di situs ini.

Candi Kalibukbuk ini berada di kawasan wisata Pantai Lovina, tepatnya di Desa Kalibukbuk, Buleleng. Pengunjung tidak dikenakan biaya jika ingin berkunjung ke candi ini. Namun demikian, Anda tetap perlu menjaga etika dan kesopanan selama berada di situs tersebut.



Simak Video "Video Lomba Perahu Layar Jadi Simbol Kebangkitan Semangat Bahari Buleleng"

(iws/iws)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork