Pariwisata di Senggigi, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), sepi bak kota mati. Padahal, saat 2.000-an, Senggigi dikenal sebagai destinasi wisata favorit bagi turis lokal maupun mancanegara.
Pelaku pariwisata sangat berharap Senggigi hidup lagi. General Manager (GM) Qunci Villas Ahmad N Kusuma optimistis Senggigi bisa kembali seperti di era 2000-an.
"Kami optimistis dengan kerja sama semua pihak, Senggigi bisa kembali jadi destinasi unggulan di Indonesia," kata Ahmad saat dihubungi detikBali, Minggu (15/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum gempa Lombok pada 2018, pariwisata di Senggigi begitu stabil dengan banyaknya wisatawan domestik maupun internasional yang berkunjung ke sana. Pariwisata Senggigi kala itu tak pernah sepi. Kafe, resto, hotel hingga pusat hiburan selalu sibuk menerima kunjungan wisatawan dari pagi ke pagi. "Qunci Villa bahkan menjadi salah satu pilihan favorit (wisatawan kala itu)," kisah Ahmad.
Jalanan Senggigi dahulunya selalu ramai dengan wisatawan yang lalu-lalang. Namun, gempa Lombok 2018 ternyata turut meruntuhkan pariwisata di Senggigi. Kehidupan pariwisata di sana selanjutnya dihantam pandemi COVID-19 pada 2020.
Sejak gempa dan COVID-19 berlalu, destinasi pariwisata Senggigi berubah 90 derajat. Walhasil, Senggigi kini tak seramai dahulu. Bahkan, tak sedikit hotel-hotel berbintang terpaksa tutup karena pailit.
"Ini masa sulit karena infrastruktur terganggu dan pandemi membatasi perjalanan. Namun, kami gunakan waktu ini untuk meningkatkan fasilitas, layanan dan protokol kesehatan," ujar Ahmad.
Menurut Ahmad, pariwisata di Senggigi sedang merangkak bangkit melewati tantangan setelah diguncang gempa hingga COVID-19. Wisatawan, khususnya dari Eropa dan Australia, mulai kembali datang ke destinasi di Kecamatan Batu Layar itu. "(Hal ini tidak lepas dari) dukungan OTA, agen offline dan peningkatan pemesanan langsung membantu kami terus berkembang," tutur Ahmad.
Pembina dan Penasihat Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, I Gusti Lanang Patra, menilai Senggigi makin ditinggalkan. Hal itu terlihat dari kondisi pariwisata di sejumlah titik di NTB.
"Nah kalau Senggigi ini yang mulai ditinggalkan (wisatawan). Saking parahnya, di Senggigi kalau malam lengang sekali," ungkap Lanang.
Lanang prihatin dengan kondisi pariwisata Senggigi yang makin parah. Menurutnya, Senggigi tidak mempunyai konsep yang jelas sehingga harus dilakukan penataan ruang dengan baik. "Lampu penerangan (saja) tidak ada," ucap Lanang.
Pengembangan pariwisata Senggigi, bagi Lanang, kini tergantung konsep yang dicanangkan pemerintah daerah (pemda). Sebab, Lanang optimistis pariwisata Senggigi bisa hidup kembali. Terlebih, fasilitas yang dimiliki Senggigi sudah sangat memadai, mulai dari hotel bintang 1-5, vila standar hingga mewah, serta homestay ramah di kantong.
"Padahal semua ada di Senggigi itu, hotel, vila, homestay, pantai ada semua. Kami juga bingung, semoga pemda bisa mengembalikan (kejayaan) Senggigi lagi," harap Lanang.
(hsa/hsa)