Pemilik lahan tempat penemuan goa di Banjar Dalem, Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Tabanan, hingga kini masih menunggu hasil penelitian lebih lanjut.
Sembari menunggu, akses gua tersebut juga ditutup sementara dengan seng. Bahkan pemilik lahan setiap harinya memperlakukan lokasi penemuan goa tersebut sebagai tempat yang sakral.
Setiap harinya, pemilik lahan menaruh sesajen di pinggir bekas galian yang menjadi akses menuju gua tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau di Bali, secara Hindu, menemukan hal-hal seperti ini, wajib rasanya kami menghormati. Tujuannya juga memohon keselamatan. Sehingga aktivitas kami di sini berjalan aman, nyaman, dan tidak ada rintangan," jelas I Wayan Puja, kakak I Ketut Nata sekaligus pemilik lahan tempat penemuan goa itu, Jumat (15/4/2022).
Selain itu, agar tidak rusak, ia menutup bekas galian tersebut dengan menggunakan seng. Sehingga bila tim dari Balai Arkeologi dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali melakukan penelitian lebih lanjut, akses itu bisa dibuka lebih mudah.
Ia mengaku belum berani melanjutkan rencana untuk membangun kamar mandi sebelum ada hasil penelitian terhadap kondisi lahannya itu.
Lubang yang digali itupun awalnya akan dipakai sebagai lokasi septic tank. Karena kamar mandi yang lama dibongkar karena terkena pelebaran jalan masuk ke lahan.
"Kalau memang area ini mau dipakai apa ke depannya baru di sana berpikir cocoknya di mana bikin kamar mandi. Sejauh ini belum berani berencana apa-apa," jelas Puja.
Sehari-harinya, di lahan seluas 13 are atau 1.300 meter persegi tersebut, Puja melakukan aktivitas pembuatan genteng dan batu bata.
Lokasi penemuan gua itu juga persis di belakang tempat menganginkan batu bata atau genteng yang baru dicetak.
Di atas lokasi penemuan gua itu dulunya dipakai sebagai tempat menjemur batu bata setengah kering.
Sampai sekarang tempat atau wadah penjemuran yang terbuat dari beton itu masih ada di sekeliling bekas galian.
Di saat yang sama, Nata yang menemani kakaknya tersebut menuturkan penemuan gua tersebut kurang lebih pada 9 Maret 2022.
Seperti yang diceritakan kakaknya, tempat penemuan goa tersebut rencananya akan dipakai sebagai lokasi septic tank.
"Penggaliannya kalau tidak salah pada 9 Maret 2022. Pakai ekskavator. Baru tiga kali menggali, tanahnya jebol. Kemudian terlihat ada lubang," kata Nata.
Temuan itu membuat sopir ekskavator menghentikan penggalian. Kemudian memanggil Puja untuk memberitahukan temuan itu. Saat itu juga, penggalian dihentikan.
"Ini mutar. Pas yang kena (galian) lambung goa. Bukan mulut gua," imbuhnya.
Dua hari setelah penemuan lubang itu, Nata kemudian menghubungi Balai Arkeologi Bali. Observasi awal kemudian dilakukan terhadap dimensi goa tersebut.
Pengamatan awal itu juga dilakukan dengan meninjau lokasi di sekitar penemuan.
Saat tim tersebut melakukan pengamatan awal, yang ikut ke bawah untuk mendampingi adalah Puja.
Hasil pengamatan saat itu belum menemukan pintu utama menuju goa tersebut. Hanya empat ceruk atau relung yang diperkirakan sebagai tempat semedi.
Selain itu ditemukan pula sedimentasi pada dasar goa yang berlapis-lapis dengan ketebalan kurang lebih 40 sentimeter. Sementara dinding goa merupakan batu padas.
"Ada sedimentasi yang berlapis-lapis tapi sangat tipis. Ketebalannya kurang lebih 40 sentimeter," katanya.
Dari hasil pengamatan itulah, muncul kesimpulan awal bahwa lubang tersebut merupakan goa yang diperkirakan berfungsi sebagai tempat kegiatan spiritual.
Sebabnya, di sekitar lokasi penemuan goa tersebut ditemukan beberapa tempat suci. Seperti Pura Dalem Bajangan, sumber mata air atau Beji Pura Dalem Bajangan, setra atau kuburan.
Selanjutnya Pura Pesimpangan Puser Tasik, Pura Beji Penimbugan, dan lokasi penemuan ada di pinggiran Daerah Aliran Sungai atau DAS Tukad Dati. "Dulunya lokasi ini sawah," ujar Puja menimpalinya.
Ia menyebutkan, kakeknya yang kini berusia 90 tahun dan pernah menanam padi di lokasi tersebut juga tidak mengetahui adanya gua itu.
"Kakek saya yang mengetahui kondisi di sini dari kecil juga kaget ada goa di sini. Karena kakek saya itu yang menanam padi di lahan ini sebelum jadi tempat pembuatan genteng atau bata," imbuh Puja.
Baik Puja dan Nata, mengakui bahwa keluarganya memang punya tugas untuk menjadi pemangku upacara pada semua tempat suci yang ada di sekitar lokasi penemuan.
(kws/kws)