Karya-karya kreatif buah tangan siswa disabilitas dipamerkan dalam acara Indonesia Cinta Disabilitas ke-4 di Denpasar, Bali. Ada berbagai karya yang ditunjukkan dalam acara yang digawangi Dinas Sosial (Dinsos) Denpasar itu, mulai dari pakaian, tas, lukisan hingga dupa.
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 3 Denpasar adalah satu dari sekian peserta yang ikut pameran dalam acara itu. Mereka memamerkan beberapa karya olahan kain ecoprint, seperti pakaian, tas hingga dompet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guru SLB Negeri 3 Denpasar, Anisa Putri Utami, menjelaskan berbagai karya yang ditampilkan dibuat oleh sepuluh siswa dan dengan pendampingan para guru. Sepuluh siswa ini merupakan penyandang disabilitas intelektual dan pendengaran.
"Keterlibatan anak disabilitas adalah mulai dari step by step. Misalnya, mulai dari menjemur kain dan mencari daun," ungkap Anisa saat ditemui detikBali di stan pameran, Senin (15/12/2025).
SLB Negeri 3 Denpasar, tutur Anisa, sengaja memilih produk ecoprint. Teknik pewarnaan kain alami ini dipilih karena banyak daun yang bisa dimanfaatkan di area sekolah.
Berkaca dari sana, mereka memilih memanfaatkan daun-daun itu. Terlebih, teknik ecoprint sudah memiliki nilai jual yang tinggi. "Range harga dari Rp 65 ribu hingga Rp 700 ribu tergantung produknya," ungkap Anisa.
Menurut Anisa, proses belajar dalam produksi ecoprint cukup menantang saat diajarkan kepada siswa. Namun, guru-guru di SLB Negeri 3 Denpasar tetap bersemangat. Terlebih, para siswi juga tampak antusias dalam berkarya.
"Melalui kegiatan Indonesia Cinta Disabilitas, kami sangat terbantu banget, apalagi bisa mempromosikan produk-produk kami. Sehingga, banyak yang tahu kalau peserta didik berkebutuhan khusus bisa membuat produk seperti ini," jelas Anisa.
Kadinsos Denpasar, I Gusti Ayu Laxmy Saraswaty, mengatakan Indonesia Cinta Disabilitas ke-4 merupakan rangkaian dari peringatan Hari Disabilitas Internasional dan Hari Kesetiakawanan. Dinsos ingin mewadahi kreativitas penyandang disabilitas di Denpasar dalam acara itu.
Selain memarkan karya, Indonesia Cinta Disabilitas juga diisi fashion show maupun pertunjukan musik. Walhasil, para difabel juga dapat berekspresi dengan bebas di atas panggung.
"Seperti kita lihat tadi ada siswa SLB yang fashion show dengan menampilkan pakaian ecoprint dan ini menginspirasi. Walaupun mereka tidak mendengar, tetapi dia bisa menikmati dan ini luar biasa," kata Laxmy.
Penampilan mereka bahkan membuat penonton yang hadir lupa yang tampil adalah penyandang disabilitas. Sebab, mereka terlihat bahagia dan percaya diri berlenggak-lenggok di atas panggung.
"Saya lihat mereka senang banget, bahkan memperpanjang untuk fashion show. Wadah-wadah seperti ini yang mereka perlukan, ucap Laxmi.
Laxmi mengklaim inklusi di Denpasar telah menjadi inspirasi bagi kota-kota lain. Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung misalnya yang ingin melebarkan sayap untuk layanan disabilitas telah melaksanakan studi tiru ke Denpasar.
Sebetulnya, tutur Laxmi, pengembangan program disabilitas tak bisa lepas dari kerja sama saling bahu-membahu antara pemerintah dan mitra kerja. Sehingga, berbagai program terkait penyandang disabilitas dapat terlaksana dengan lebih optimal.
"Harapannya melalui Indonesia Cinta Disabilitas ini saya ingin ke depannya pemberdayaan disabilitas lebih masif lagi. Kami juga akan bekerja sama dengan perindustrian, hotel, dan restoran agar ada karya yang bisa dipamerkan," harap Laxmi.
(dpw/dpw)










































