Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyoroti kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan waria terhadap anak di Pulau Lombok. Ketua LPA Kota Mataram, Joko Jumadi, kasus serupa tidak hanya terjadi sekali.
Menurutnya, laporan pelecehan seksual pada anak muncul hampir setiap tahun di sejumlah daerah di NTB. Beberapa kasus bahkan terjadi di Lombok Barat, Lombok Timur, hingga Lombok Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tiap tahun kasus seperti ini ada di beberapa wilayah. Ada di Lotim, Loteng, bahkan Lobar juga pernah ada. Jumlah kasusnya kisaran 1-2," kata Joko saat dikonfirmasi detikBali, Senin (8/12/2025).
Ia menambahkan pernah ditemukan kasus eksploitasi seksual yang memanfaatkan modus open BO. Korbannya mayoritas anak.
"Pernah ada kasus seperti Open BO, yang ternyata (pelakunya) adalah waria dan korbannya adalah anak-anak," sambungnya.
Joko menuturkan sebagian besar pelaku pelecehan seksual dulunya merupakan korban. Minimnya rehabilitasi, dinilai Joko menjadi faktor penyebab korban akhirnya berubah menjadi pelaku pelecehan.
"Sebagian besar pelaku ini dulunya adalah korban, yang kemudian tidak direhab (sehingga akhirnya menjadi pelaku)," jelasnya.
Sementara itu, beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak kerap menjadi sasaran empuk para pelaku. Salah satunya, anak-anak sangat mudah dimanipulasi bahkan ditipu daya.
"Sehingga mereka melihat peluang (pelecehan). Apalagi mereka, minoritas dalam tanda kutip, susah menemukan pasangan sehingga kemudian mereka menjadikan anak-anak sebagai korban. Dan dari tracking kami, sebagian besar pelaku ini dulunya korban," tuturnya.
Untuk mencegah kekerasan seksual pada anak, Joko menekankan pentingnya edukasi sejak dini dari orang tua maupun sekolah. Salah satunya adalah kekerasan seksual.
"Mulai dari anak-anak PAUD, kita sudah ajarkan mana bagian-bagian yang tidak boleh dilihat bahkan dipegang. Kita ajarkan kepada mereka, kalau ada yang memegang, dia harus berteriak minta tolong dan bercerita. Itu harus kita edukasi sejak dini. Hanya itu yang bisa kita lakukan," tandasnya.
Sebelumnya, seorang waria berinisal Z dilaporkan ke polisi karena diduga mencabuli belasan anak di tempat cukur rambut miliknya di Kecamatan Batukliang, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Para korban merupakan anak laki-laki yang masih duduk di bangku SMP.
"Benar, ada laporannya kami terima. Sudah ditangani oleh Polres. Kejadiannya di wilayah Kecamatan Batukliang," ujar Kepala Seksi (Kasi) Humas Polres Lombok Tengah, Iptu Lalu Brata Kusnadi, kepada detikBali, Rabu (3/12/2025).
Saat mendata anak putus sekolah, Agus menerima keterangan dari seorang anak berinisial O yang mengaku berhenti sekolah karena trauma mendapat perlakuan tidak senonoh dari Z.
(nor/nor)










































