Front Masyarakat Peduli Lingkungan (FMPL) mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk segera menganggarkan mesin mixer atau pencacah sampah. Mereka menyebut sampah yang menggunung di TPS Gili Trawangan, Lombok Utara, kerap dikeluhkan wisatawan.
"Dari mesin insinerator di sini, sampah yang bisa dikelola hanya 5-10 ton per hari. Tapi sampah di Gili Trawangan per hari saja bisa mencapai 18 ton. Jadi sampah yang belum bisa diolah terpaksa menumpuk dan akhirnya menjadi gunung sampah," kata Ketua FMPL Malik di Mataram, Rabu (8/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Malik, selain sampah sisa yang tidak bisa diolah mesin insinerator, terdapat pula bubur sampah hasil dari pengolahan TPS di Gili Trawangan. Bubur sampah tersebut, dia berujar, tidak bisa dipindahkan karena baunya menyengat dan masih mengandung gas metana.
Malik mendesak Pemprov NTB agar mengadakan mesin mixer untuk mencacah ribuan ton sampah di Gili Trawangan yang kian menumpuk. "Bubur sampahnya juga tertumpuk, karena belum bisa kita distribusikan ke darat," imbuhnya.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTB, Ahmadi, mengakui total sampah di Gili Trawangan bisa mencapai 18 ton per hari. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 6-7 ton yang bisa diolah per hari.
"Kalau yang diolah hanya 7 ton, jadi ada sekitar 10 ton sampah yang tertinggal di situ. Kalau dikalikan sebulan, bisa 300 ton sampah menumpuk di sana," ujar Ahmadi.
Menurut Ahmadi, solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi penumpukan sampah di Gili Trawangan adalah dengan menambah jumlah armada pengangkutan sampah dari TPS menuju daratan. Dia menyebut pengadaan truk sampah itu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Utara.
"Armada pengangkutan dari TPS ke pelabuhan dan kemudian ke daratan juga harus ditambah dan diperbesar. Artinya frekuensi pengangkutannya juga perlu ditambah," ujarnya.
(iws/iws)