Pekerja-Pelaku Ekraf Kupang Curhat Beragam Masalah ke Kemenko PM

Pekerja-Pelaku Ekraf Kupang Curhat Beragam Masalah ke Kemenko PM

Simon Selly - detikBali
Rabu, 01 Okt 2025 16:12 WIB
Kemenko PM Leontinus Alpha, saat menjadi pemateri di GMIT Center, Kupang.
Foto: Kemenko PM Leontinus Alpha, saat menjadi pemateri di GMIT Center, Kupang. (Simon Selly/detikBali)
Kupang -

Para pekerja hingga pelaku ekonomi kreatif (ekraf) menceritakan beragam masalah mereka kepada Deputi Deputi Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Pelindungan Pekerja Migran Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM), Leontinus Alpha Edison, dalam kunjungannya di Kupang, Rabu (1/9/2025).

"Pemerintah sebagai penyelenggara negara tidak bisa merumuskan kebijakan dari menara gading. Kami di Kemenko PM percaya bahwa kebijakan yang efektif lahir dari percakapan yang tulus dan terbuka dengan masyarakat," ujar Leontinus dalam kegiatan Berdaya Bersama Kupang yang dihadiri ratusan pelaku ekonomi kreatif, gig workers (pekerja lepas), usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), serta tokoh komunitas dan lintas agama di GMIT Center, Kupang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari dialog di Kupang, kami mendapatkan masukan langsung mengenai tantangan yang dihadapi gig workers dan pelaku ekonomi kreatif, seperti kebutuhan akan kejelasan status kerja, akses terhadap perlindungan sosial seperti BPJS Ketenagakerjaan, hingga standarisasi keterampilan agar bisa bersaing di pasar global," imbuhnya.

Menurut Leontinus, pendekatan dialogis memastikan bahwa program pemerintah tidak bersifat top-down, melainkan kolaboratif dan partisipatif. Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan sejak awal, potensi keberhasilan program menjadi lebih tinggi karena adanya rasa kepemilikan bersama dari masyarakat. Dia mengatakan Model dialog partisipatif ini sudah lebih dulu diuji coba di Palembang, Yogyakarta, dan Bandung.

ADVERTISEMENT

"Model dialog seperti di Kupang ini akan terus kami perkuat di berbagai daerah. Sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan komunitas lokal adalah cetak biru untuk pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan," pungkas Leontinus.

Untuk diketahui, kontribusi sektor ekonomi kreatif di NTT semakin nyata. Perhitungan terakhir menunjukkan nilai tambah ekonomi kreatif tahun 2024 mencapai Rp 934,7 miliar, dengan jumlah pelaku kreatif terdaftar sekitar 10.803 orang.

Sementara itu, jumlah UMKM di NTT per Agustus 2025 tercatat 366.473 unit, mayoritas usaha mikro. Dari total tersebut, subsektor kriya/tenun dan kerajinan mendominasi dengan sekitar 71,9% atau 7.769 pelaku, disusul kuliner 22,1% (2.389 pelaku), dan fesyen 2,8% (305 pelaku).

Rangkaian Berdaya Bersama Kupang diawali dengan workshop kewirausahaan yang diikuti ratusan peserta dari kalangan pelaku UMKM, pekerja kreatif, dan freelancer digital.

Workshop ini dibuka dengan menghadirkan sesi pengenalan ekosistem bisnis kreatif yang berkelanjutan. Setelah itu, peserta diajak mendengar kisah inspiratif dari Local Champion NTT yang berbagi pengalaman tentang keberlanjutan usaha berbasis inovasi lokal.

Tidak hanya itu, peserta juga dibekali dengan pemahaman mengenai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) serta strategi pemasaran 360Β° yang mencakup omnichannel, afiliasi, dan live commerce.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads