Puncak HAN, Ratusan Siswa di Lombok Barat Belajar Dongeng Pakai Wayang Botol

Puncak HAN, Ratusan Siswa di Lombok Barat Belajar Dongeng Pakai Wayang Botol

M. Zahiruddin - detikBali
Kamis, 24 Jul 2025 18:34 WIB
Anak-anak menonton pertunjukan wayang botol pada perayaan Hari Anak Nasional (HAN) di Gedung Sentra Paramita NTB, Kamis (24/7/2025). (M. Zahiruddin/detikBali)
Foto: Anak-anak menonton pertunjukan wayang botol pada perayaan Hari Anak Nasional (HAN) di Gedung Sentra Paramita NTB, Kamis (24/7/2025). (M. Zahiruddin/detikBali)
Lombok Barat -

Ratusan anak dari Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 18 Lombok Barat dan anak binaan Sentra Paramita diajarkan mendongeng menggunakan media wayang botol. Kegiatan ini merupakan puncak perayaan Hari Anak Nasional (HAN) yang dielar di Gedung Sentra Paramita, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pementasan menampilkan lakon yang bertajuk 'Mengubah Tantangan Menjadi Potensi' sebagai penampilan awal. Hal tersebut ditujukan untuk memantik minat anak-anak terhadap seni mendongeng, khususnya menggunakan wayang botol yang mudah dibuat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Sentra Paramita NTB Arif Rohman mengatakan bahwa seni mendongeng harus dihidupkan kembali dikalangan anak. Sebab, mendongeng merupakan salah satu cara untuk mengatasi imajinasi anak-anak agar tidak tumpul.

Arif menilai anak-anak binaan Sentra Paramita dan siswa SRMP 18 Lombok Barat lahir di bawah bayang-bayang kemiskinan yang rentan mengalami perundungan. Sehingga mengakibatkan kemampuan verbalnya menurun.

ADVERTISEMENT

Dengan diajarkan mendongeng menggunakan media wayang botol, diharapkan dapat menjadi soft terapi bagi mereka supaya melatih kemampuannya dalam berbicara dan berimajinasi.

"Jangankan bermimpi, anak-anak ini bahkan gagap dalam bicara, karena mohon maaf orang miskin itu rentan kena perundungan. Entah gara-gara bajunya sobek atau sepatunya bolong," jelas Arif, Kamis (24/7/2025).

Dalam momentum perayaan HAN itu, Arif juga menekankan bahwa anak tidak boleh ditekan dan harus dibebaskan dalam bermain. Sehingga kreativitasnya tidak menurun.

"Anak juga tidak boleh dilabeli sebagai anak nakal, karena anak itu ibarat kertas kosong, kita dan masyarakat lah yang menuangkan tinta pada kertas itu," imbuhnya.

Salah satu siswa SRMP 18, Syarifuddin, mengaku tertarik melihat pementasan mendongeng menggunakan wayang botol. Ia memperhatikan setiap detail gerakan dan perubahan suara yang dibawakan oleh dalang.

"Tertarik sih, bisa dia (dalang) ubah-ubah suara gerakin wayang itu," ucapnya.

Senada, Maulana Syahputra yang juga siswa SRMP 18 menyatakan keinginannya untuk belajar mendongeng. "Menarik juga sih, ingin saya bisa," timpalnya.




(nor/nor)

Hide Ads