Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat sebanyak 145.268 anak usia sekolah di NTT tidak menempuh pendidikan formal. Ratusan ribu anak itu tersebar di 22 kabupaten/kota di NTT.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT menyatakan akan mengkaji data yang dihimpun BPMP tersebut. Pemprov NTT juga akan mencari penyebab ratusan ribu anak di daerah itu tidak bersekolah.
"Kami akan mengadakan penelitian apakah angka itu betul atau tidak? Kami akan lihat juga apa penyebab anak-anak putus sekolah atau tidak mau melanjutkan pendidikan," kata Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma, Jumat (18/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Johni mengungkapkan ada banyak faktor yang mengakibatkan anak usia sekolah di NTT tidak melanjutkan pendidikan formal. Salah satunya karena faktor ekonomi keluarga.
"Ini kan sebabnya macam-macam, apakah karena ekonomi atau apakah orang tua tidak mau lagi menyekolahkan anak mereka atau karena apa," ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Ambrosius Kodo, mengeklaim sudah melakukan berbagai upaya agar anak-anak usia sekolah dapat menempuh pendidikan formal. Salah satunya melalui Gerakan Kembali ke Sekolah atau Gembala yang berkolaborasi bersama UNICEF.
"Tapi belum dilakukan secara masif dan bersinergi sehingga tetap masih banyak anak yang tidak sekolah," terang Ambrosius.
Pemprov NTT, dia berujar, juga mendorong anak-anak yang sudah sekolah agar tidak sampai berhenti di tengah jalan. Menurutnya, para siswa akan mendapat pendampingan dari guru sampai para murid itu mengikuti ujian akhir.
Selain itu, Ambrosius melanjutkan, siswa yang terlibat kasus hukum juga akan diberi pendampingan agar mereka tetap bisa belajar dan menyelesaikan sekolahnya. Ia menilai perlunya kolaborasi berbagai pihak dalam mendorong pendidikan di NTT lebih baik.
"Untuk mengatasi persoalan ini dibutuhkan sinergi dalam upaya untuk mengatasi persoalan anak yang tidak sekolah," pungkas Ambrosius.
Sebelumnya, BPMP NTT mencatat sebanyak 145.268 anak usia sekolah di daerah itu tercatat tidak bersekolah. Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) menjadi penyumbang terbanyak dengan 22.459 anak tidak sekolah. Disusul oleh Sumba Barat Daya sebanyak 13.900 anak dan Kabupaten Kupang dengan 11.628 anak.
Ada beragam alasan yang dinilai menjadi penyebab ribuan anak di NTT tidak melanjutkan pendidikan. Termasuk karena tidak ada biaya, jarak sekolah yang terlalu jauh, anak enggan bersekolah, hingga anggapan bahwa pendidikan yang sudah ditempuh sudah cukup.
(iws/iws)