Dinas Perhubungan (Dishub) Nusa Tenggara Barat (NTB) akan menertibkan enam pelabuhan tikus yang kerap melayani penyeberangan ilegal ke Tiga Gili (Trawangan, Meno, dan Air) di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara.
Kepala Dinas Perhubungan NTB, Lalu Mohamad Faozal, menegaskan bahwa enam pelabuhan kecil yang tidak terdata secara resmi tersebut sering digunakan untuk mengangkut wisatawan ke Tiga Gili. Keberadaan pelabuhan ilegal ini akan segera dilaporkan kepada Bupati Lombok Utara, Najmul Akhyar.
"Saya harus ngomong dengan Bupati dan kepala desa, karena di pelabuhan ada masyarakat yang memiliki ruang terbatas," kata Faozal, saat konferensi pers di kantor Dinas Perhubungan NTB, Selasa (18/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faozal mengungkapkan bahwa masih ada masyarakat yang nekat mengangkut wisatawan pada malam hari tanpa alat navigasi. Hal ini menjadi perhatian serius pemerintah guna menghindari potensi kecelakaan laut.
"Kan, jam operasional pelabuhan resmi kita batasi hanya sampai pukul 6 sore, sebab kapal yang melayani rute ke Tiga Gili belum memiliki alat navigasi untuk berlayar di malam hari," ungkapnya.
Pembenahan Transportasi di Tiga Gili
Selain menertibkan pelabuhan tikus, Dishub NTB juga berencana membenahi layanan transportasi di Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air. Saat ini, terdapat dua pelabuhan utama yang dikelola pemerintah daerah, yakni Pelabuhan Gili Air dan Gili Meno.
"Kami ingin memastikan layanan di Tiga Gili benar-benar tertata. Termasuk juga Teluk Nara di Desa Malaka yang saat ini belum memiliki status resmi," ujar Faozal.
Pemerintah berencana memasukkan Teluk Nara ke dalam rencana induk pengembangan pelabuhan agar memiliki legalitas. "Jadi, ketika ada sesuatu, harus ada pihak yang bertanggung jawab di sana," jelasnya.
Menurut Faozal, keberadaan pelabuhan tikus ini juga berdampak pada potensi pendapatan asli daerah (PAD) Lombok Utara. Saat ini, retribusi hanya tercatat dari Pelabuhan Bangsal, Gili Meno, dan Gili Air.
"Oleh karena itu, kami ingin mendorong agar layanan pelabuhan resmi dapat dimaksimalkan," katanya.
Faozal menilai alasan utama masyarakat menggunakan pelabuhan tikus adalah untuk menghindari antrean di Pelabuhan Bangsal. Bahkan, operator travel dan penyedia kapal disebut bekerja sama untuk menjemput penumpang di lokasi yang tidak terdeteksi secara resmi. "Jadi nekat mereka," tandasnya.
(dpw/dpw)