Kelenteng Po Hwa Kong di Lingkungan Bintaro, Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi saksi bisu penjajahan Belanda dan negara penjajah lainnya kala itu. Kelenteng Po Hwa Kong jadi kelenteng pertama yang dibangun warga keturunan Tionghoa pada 1804.
"Kelenteng ini sudah berdiri sejak 1804, sebelum penjajahan Belanda sudah berdiri. Bangunannya masih sama sampai saat ini dan tidak ada perubahan sama sekali," kata Sekretariat Kelenteng Po Hwa Kong, Wayan Murdiasa, pada detikBali di Kelenteng Po Hwa Kong, Selasa (28/1/2025).
Kelenteng Po Hwa Kong kini berusia 221 tahun. Dari pantauan detikBali, kelenteng ini berada di pinggir jalan utama menuju eks Pelabuhan Ampenan, yang dulunya menjadi sentra perniagaan pada 1800 hingga 1900-an.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelenteng Po Hwa Kong ini berada di kawasan Kota Tua Ampenan, alias kawasan permukiman di Kota Mataram yang masih mempertahankan bentuk bangunan dan fasad rumah. Dengan ciri khas rumah-rumah Tionghoa zaman dulu dan bangunan-bangunan tempo dulu.
Tidak jauh dari lokasi kelenteng, kawasan Kota Tua Ampenan hingga kawasan Simpang Lima Ampenan banyak dihuni oleh keturunan Tionghoa.
"Kelenteng ini jadi kelenteng tertua di Kota Mataram. Sampai saat ini jumlah jemaat kami sekitar 400 orang. Mereka dari kalangan pengurus, umat di sini, dan ada juga dari perantau," tutur Wayan.
Kelenteng berusia 221 tahun ini memiliki keunikan yang tidak dimiliki kelenteng lain, yakni patung Dewa Chen Fu Zhen Ren yang terletak di bagian tengah bangunan. Menurut kisah, Dewan Chen Fu Zhen Ren memiliki keterkaitan dengan Kelenteng Sam Poo Kong yang pernah menjadi lokasi singgah Laksamana Cheng Ho atau Zheng He, salah seorang laksamana Tiongkok yang beragam Islam di Semarang, Jawa Tengah. Tak hanya itu, Dewa Chen Fu Zhen Ren juga dikenal khalayak sebagai arsitek handal, dan menjadi andalan bagi Laksamana Cheng Ho.
Diketahui, warga Tionghoa akan merayakan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili. Tahun Baru China ini jatuh pada besok Rabu (29/1/2025).
(nor/gsp)