Beragam Respons Orang Tua di Mataram soal Libur Sekolah Awal Ramadan

Beragam Respons Orang Tua di Mataram soal Libur Sekolah Awal Ramadan

Nathea Citra - detikBali
Jumat, 24 Jan 2025 20:26 WIB
Ilustrasi pelajar di salah satu SMAN di Kota Mataram beberapa waktu lalu. (Nathea Citra/detikBali)
Foto: Ilustrasi pelajar di salah satu SMAN di Kota Mataram beberapa waktu lalu. (Nathea Citra/detikBali)
Mataram -

Kebijakan belajar di rumah selama sepekan di awal Ramadan 2025 resmi ditetapkan pemerintah. Yakni pada 27 Februari hingga 5 Maret 2025. Para siswa akan belajar secara mandiri selama periode tersebut. Sayangnya, kebijakan ini mendapat tanggapan beragam dari para orang tua siswa di Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Ada positif dan negatifnya (kebijakan libur di awal Ramadan). Positifnya, kami (orang tua) jadi hemat waktu, tidak perlu antar jemput anak, karena saat Ramadan kami kerja dan tidak libur. Namun, negatifnya, anak jadi kebanyakan di dalam rumah, main HP, jadi kami nggak bisa kontrol," kata Ridwan, warga Gunung Sari, Lombok Barat, kepada detikBali, Jumat (24/1/2025).

Menurut Ridwan, lebih baik anak-anak tidak diliburkan dan tetap menuntut ilmu di sekolah. Karena kebanyakan anak ketika di rumah akan fokus bermain gadget.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lebih baik nggak usah libur menurut saya, karena takutnya susah dikontrol saat di rumah," ujar Ridwan.

Berbeda dengan Ridwan, Kasim, warga Merembu, Lombok Barat, setuju jika sekolah libur di awal Ramadan.

"(Kebijakan libur sekolah) ini tidak menganggu (bagi kami), karena karena kalau libur anak saya lebih banyak beraktivitas di luar rumah bersama teman-temannya. Kalau bermain gadget pun hanya di hari Minggu saja, selebihnya dia bermain dan berkreasi," kata Kasim.

Menurut Kasim, lebih baik anak-anak libur seminggu di pekan pertama Ramadan, daripada harus libur satu bulan. Karena menurutnya, jika libur dalam jangka waktu yang cukup lama, akan memberi dampak negatif bagi anak-anak dalam hal pembelajaran.

"Dampak negatifnya, anak jadi ketinggalan pembelajaran di sekolah, dan juga akan lama tidak berinteraksi (dengan teman-temannya)," imbuh Kasim.

Sementara itu, Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Mataram Saptadi Akbar mengatakan kebijakan libur sekolah di awal pekan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat tidak terlalu berpengaruh bagi sekolah-sekolah di Mataram. Pasalnya, aturan tersebut kerap dilakukan ketika jelang Ramadan.

"Tidak terlalu berpengaruh di Mataram, karena ini biasa (libur sekolah) kami lakukan di Mataram. Jadi, selama anak-anak belajar mandiri, ada pengawasan dari orang tua. Dan kami harap ada perhatian dari orang tua," katanya saat diwawancarai di Kantor Wali Kota Mataram, Jumat.

Saptadi berharap kebijakan libur di awal pekan Ramadan oleh pemerintah pusat bisa menjadi perhatian orang tua. Agar anak-anak tidak bepergian ke lokasi-lokasi yang berbahaya.

"Harapan kami ketika libur sekolah, jadi tanggung jawab penuh bagi orang tua. Sehingga anak-anak tidak boleh ke tempat-tempat yang tidak selayaknya," tandasnya.

Sebagai informasi, kebijakan ini mengacu pada Surat Edaran Bersama (SEB) Nomor 2 Tahun 2025 dan Nomor 400.1/320/SJ tentang Pembelajaran di Bulan Ramadan 1446 H yang dikeluarkan pada 20 Januari 2025. Dalam SEB, pemerintah tidak menyebut istilah libur, melainkan pembelajaran mandiri selama Ramadan.

Para siswa dijadwalkan belajar dari rumah pada 27-28 Februari dan 3-5 Maret 2025. Sementara kegiatan belajar di sekolah akan kembali berlangsumg mulai 6 Maret hingga 25 Maret 2025. Pembelajaran mandiri di rumah diharapkan melibatkan peran keluarga dan masyarakat.




(hsa/hsa)

Hide Ads