Kesenian wayang Sasak khas Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), diundang pentas untuk pertama kalinya di Gedung Seni Nasional Beijing China. Pementasan wayang Sasak yang berkolaborasi dengan wayang botol itu disaksikan langsung oleh perwakilan seniman dari berbagai negara, seperti Afrika, Brasil, Thailand, Korea, dan Jepang.
"Kami diundang CRIHAP (Pusat Pelatihan Internasional Warisan Budaya Tak Benda di Kawasan Asia-Pasifik) di bawah UNESCO," kata Ketua Yayasan Pedalangan Wayang Sasak Abdul Latief Apriaman, Minggu (1/12/2024).
Latief menuturkan pementasan wayang Sasak tersebut digelar pada 25 November lalu. Menurutnya, pementasan di panggung dunia itu menjadi pengalaman berharga bagi Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (SPWS) Lombok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pementasan itu, Latief berkolaborasi dengan dalang Safwan dan membawakan lakon cerita bertajuk 'Negero Percinan'. Lakon tersebut menceritakan tentang realitas wayang Sasak yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat.
"Kami bercerita bahwa Umar Maye diperintah menuju China, menemui Raja Ong Te te. Tanpa pikir panjang, berangkatlah Umar Maye menuju China. Dalam perjalanan, beberapa tokoh jahat menghalangi langkahnya," tutur Latief.
Umar Maye, Latief melanjutkan, memerangi tokoh-tokoh jahat yang ditemukannya di dalam perjalanan menuju Negeri Tirai Bambu itu. Lantaran tak kunjung menemukan jawaban, Umar Maye pun tenggelam dalam kesedihan mendalam.
Singkat cerita, kegundahan Umar Maye itu terjawab dengan kemunculan tokoh berwujud wayang botol. Dia mengabarkan bahwa informasi tentang wayang Sasak yang tak lagi dicintai, tidak benar adanya.
"Kami meyakinkan masyarakat China masih banyak orang-orang yang mencintai wayang Sasak. Untuk membuktikan ucapan Raden Umar Maye, wayang Botol mengajak semua hadirin bersaksi bahwa mereka mencintai wayang Sasak," imbuh Latief.
Fitri Rachmawati, pendiri SPWS, menuturkan pementasan wayang Sasak di China itu hanya melibatkan tiga personel. Idealnya, Fitri berujar, pementasan wayang Sasak melibatkan minimal 10 orang, seorang dalang, dua orang asisten (pengabih) dan tujuh pengiring musik (sekehe).
"Dua orang dalang (Safwan dan Abdul Latief) bermain dengan iringan musik yang telah kami tata menggunakan rekaman musik wayang Sasak," kata Fitri.
Fiitri mengungkapkan SPWS telah merekam 13 gending wayang Sasak pada 2023. Menurutnya, musik pengiring wayang Sasak menggunakan gamelan tradisional yang terdiri dari gong, dua gendang, rincik, kajar, kenong, dan suling.
Meski hanya diiringi musik hasil rekaman, Fitri bangga lantaran wayang Sasak bisa pentas di China. "Ini salah satu upaya mempromosikan seni tradisi kita di negara luar," pungkasnya.
(iws/hsa)