Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, menegaskan pentingnya menghidupkan kembali permainan tradisional untuk mencegah ketergantungan anak-anak pada gawai. Ia menilai permainan tradisional memiliki filosofi tinggi yang dapat memberikan pengaruh positif bagi perkembangan anak.
"Supaya anak-anak tidak bermain gawai, maka kami sediakan permainan tradisional berbasis kearifan lokal," ujar Arifah dalam pertemuan bersama lembaga sosial masyarakat (LSM) dan sukarelawan di posko Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Flores Timur, Sabtu (23/11/2024).
Menurut Arifah, setiap daerah memiliki permainan tradisional khas yang mencerminkan budaya setempat. Permainan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengandung nilai-nilai seperti kerja sama, gotong royong, dan kejujuran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berbeda dengan gawai yang cenderung membuat anak menjadi asosial, permainan tradisional justru mendorong interaksi dan kebersamaan. Anak-anak bermain dalam kelompok, saling belajar, dan saling menghormati," tambah Arifah.
Arifah juga menyoroti permainan tradisional mampu memperkuat nilai-nilai Pancasila, seperti toleransi dan persatuan. "Permainan tradisional mengajarkan anak-anak untuk menghormati siapa pun, tanpa memandang latar belakang agama atau suku. Hal ini mempererat persaudaraan dan menghindarkan mereka dari perpecahan," jelas Arifah.
Dalam kunjungannya ke Desa Kobasoma, Menteri PPPA turut mencatat data populasi di posko tersebut yang dihuni 721 jiwa dari 183 kepala keluarga. Dari total penduduk, terdapat 361 laki-laki, 370 perempuan, serta 48 balita, 66 lansia, 7 bayi, dan 5 penyandang disabilitas.
Arifah berharap program revitalisasi permainan tradisional dapat diimplementasikan secara luas di berbagai daerah sebagai bagian dari upaya membangun generasi muda yang lebih sehat, sosial, dan berbudaya.
(hsa/hsa)