Pemerintah berencana merelokasi para warga di lereng Gunung Lewotobi Laki-laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sejumlah desa di sana dinilai tidak aman ditinggali karena ancaman erupsi.
Saat ini, ribuan warga tersebut sedang mengungsi. Namun, warga masih gamang atas rencana relokasi itu.
Masih Pikir-pikir
Sebagian pengungsi merasa berat harus pindah dari kampung halaman mereka. Hal itu diungkapkan saat kunjungan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di posko kesehatan Desa Konga, Flores Timur, Senin (18/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masih pikir-pikir," ujar seorang warga ketika ditanya Kapolri.
Sementara itu, pengungsi lainnya, Ursula Nona Wolor (60), mengaku masih trauma dengan letusan Gunung Lewotobi Laki-laki. Dia sampai sekarang belum mengetahui kondisi rumahnya di Desa Boru, Titehana, Flores Timur.
"Masih trauma," kata Ursula.
Listyo Sigit juga menyambangi anak-anak di tenda pengungsian. Mereka tampak ceria dan senang ketika rombongan polisi datang sembari membawa bingkisan yang langsung dibagikan kepada anak-anak.
"Senang, dapat biskuit," kata Valdi, siswa Sekolah Dasar Nobo, sembari menyunggingkan senyum.
Kapolri juga berdialog dengan anak-anak pengungsi. Dia bertanya mengenai pelajaran yang mereka dapatkan di sekolah.
"Kalian belajar di sekolah apa saja?" kata Listyo Sigit.
"Matematika, PKN, PJOK, Bahasa Indonesia, menggambar, dan melukis," jawab Valdi.
"Matematikanya sudah tambah-tambah atau kali-kali?" lanjut Kapolri.
"Sudah tambah-tambah dan kurang-kurang," kata anak-anak serentak.
Kegamangan warga mengenai relokasi juga terungkap dari informasi yang diperoleh Karo Ops Polda NTT Kombes Deonijiu De Fatima.
Sebagian Warga Sepakat Relokasi
Dalam dialog dengan Deonijiu, Sigit menggali informasi terkait keinginan para pengungsi. Apakah mereka ingin kembali ke rumah atau tidak. Terungkap, belum seluruh pengungsi sepakat direlokasi, meski sebagian sudah menyetujui kebijakan pemerintah tersebut.
"Ada yang sudah sepakat untuk relokasi. Untuk kebun belakangan," ujar Deonijiu saat ditanya oleh Sigit.
Kapolri tiba di lapangan Desa Kobasoma, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, Senin pagi. Kedatangannya untuk meninjau lokasi pengungsian dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Kapolri bersama rombongan mendarat di lapangan menggunakan dua helikopter dari Kupang. Pantauan detikBali, puluhan mobil dan kendaraan roda dua mengular sepanjang jalan. Polisi dan tentara berjaga di lokasi.
Sementara, beberapa warga terlihat tengah menonton helikopter yang membawa rombongan Kapolri tersebut. Sigit datang bersama Kapolda NTT Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga di Posko Desa Konga, Kecamatan Titehana, Flores Timur.
BNPB Mulai Data Lokasi Relokasi
BNPB mulai melakukan sosialisasi upaya relokasi kepada warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Ada beberapa lokasi yang ditargetkan menjadi tempat membangun hunian.
"Ada beberapa lokasi yang diusulkan pemda," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatin) BNPB, Abdul Muhari, melalui konferensi pers virtual, Senin (18/11/2024).
Namun, kata Muhari, lokasi-lokasi yang ditawarkan Pemda Flores Timur itu harus dicek dan dikaji lebih dahulu. Hal ini menyangkut kelayakan lokasi tersebut untuk dibangun permukiman.
Sebab, relokasi tersebut bukan saja memindahkan warga 'yang hidup', tetapi juga memindahkan penghidupan mereka. Relokasi dilakukan dengan catatan, warga yang direlokasi, kehidupan mereka bisa lebih baik.
"Bagaimana fasilitas umum dan sosial di sana harus bisa dibangun. Ekonominya apakah bisa menghidupkan masyarakat atau tidak," ujarnya.
Muhari memastikan warga yang direlokasi dari zona merah erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, aset mereka di tempat itu tak hilang.
"Boleh berkebun, boleh beternak di sana, tetapi tinggalnya harus di luar zona bahaya," tandasnya.
Saat ini, total 12.761 warga terpaksa mengungsi. Sebagian mengungsi ke rumah keluarga, separuhnya tinggal dan tersebar di tujuh posko pengungsian yang dibangun di Flores Timur dan Sikka.
Pemerintah kini berupaya merelokasi warga yang rumah mereka berada di zona merah. Wakil Presiden Gibran Rakabuming sebelumnya menegaskan perencanaan dan proses relokasi harus mengedepankan dialog dengan warga.
Enam Desa Akan Direlokasi
Sebelumnya, BNPB bersama dengan Pemkab Flores Timur melaksanakan sosialisasi rencana relokasi kepada korban terdampak erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-laki pada Minggu (17/11/2024). Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB Jarwansyah.
Jarwansyah berkeliling pos pengungsian untuk menemui para kepala desa guna memberikan penjelasan terkait dengan rencana relokasi warga terdampak. Selain itu juga menjaring masukan dari para pemimpin desa terkait pemindahan tempat tinggal serta rekomendasi lokasi permukiman yang baru.
Menurut rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), zona aman Gunung Api Lewotobi Laki-laki berada enam kilometer dari puncak. Berdasarkan hal tersebut, terdapat enam desa yang direkomendasikan untuk direlokasi.
Keenam desa itu adalah Desa Klatanlo, Desa Hokeng Jaya, Desa Boru, dan Desa Nawakote di wilayah Kecamatan Wulanggitang. Kemudian, Desa Nobo di Kecamatan Ile Boleng, dan Desa Dulipali di Kecamatan Ile Bura. Keenam desa ini memiliki jarak dari kawah Lewotobi Laki-laki antara 4-5 kilometer.
Sebanyak 2.209 Keluarga Akan Dipindah
Data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kabupaten Flores Timur mencatat total ada 2.209 Kepala Keluarga (KK) yang akan dipindahkan.
"Kami mohon kepada kepala desa untuk membantu menyebarkan formulir pernyataan kesediaan relokasi ini kepada warga desanya, terutama kepada warganya yang saat ini sedang mengungsi mandiri di luar pos pengungsian," kata Jarwansyah.
"Jika warga tidak hafal NIK (Nomor Induk Kependudukan) dan nomor KK maka tulis nama sesuai Kartu Tanda Penduduk (KTP), akan kami cek di Dukcapil", tambah Jarwansyah.
Dia juga menjelaskan kepada warga tentang skema relokasi yang dapat dipilih. Opsi pertama adalah relokasi terpusat, yakni lahan dan rumah disiapkan oleh pemerintah. Opsi kedua adalah relokasi mandiri, yakni warga dibangunkan rumah oleh pemerintah di lahan miliknya.
Adapun, tipe rumah yang akan dibangun merupakan rumah tahan gempa RISHA tipe 36 dengan luas lahan per rumah 90 meter persegi.
Selain desa yang direkomendasikan untuk pindah, terdapat desa dengan daftar kerusakan rumah penduduk desa terdampak yang tidak direlokasi. Tiga desa tersebut adalah Desa Pululera, Desa Borukedang, dan Desa Boru.
Untuk rumah rusak terdampak erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-laki, pemerintah juga telah mempersiapkan skema dana stimulan untuk perbaikan rumah rusak. Yakni, sebesar Rp 60 juta untuk rumah rusak berat, Rp 30 juta untuk rumah rusak sedang, dan Rp 15 juta untuk rusak ringan.
Jarwansyah menekankan bahwa dana stimulan ini hanya diperuntukkan untuk pembangunan rumah dengan prosedur yang bertahap.
"Uang itu hanya boleh untuk membangun rumah, tidak boleh untuk beli motor, mobil, atau yang lainnya," tegas Jarwansyah.
Tantangan Konflik Sosial
Terhadap rencana relokasi ini, BNPB bersama dengan pemerintah daerah telah melakukan beberapa kali survei lahan relokasi. Adapun tantangan yang dihadapi dalam pencarian lahan ini antara lain kelaikan lokasi serta adanya konflik sosial terkait tanah ulayat warga di wilayah Flores Timur.
Pemilihan lokasi relokasi pun mempertimbangkan kemudahan akses warga untuk bisa kembali mengolah aset-aset pertanian atau peternakannya di tempat yang lama.
Sosialisasi relokasi ini merupakan tindak lanjut dari arahan Wakil Presiden Republik Indonesia Gibran Rakabuming saat meninjau pos pengungsian warga terdampak erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-laki pada Kamis (14/11/2024) lalu di Pos Lapangan Kobasoma, Kecamatan Titehena, Flores Timur.
(hsa/nor)