Marak Anak-anak di NTB Alami Rabun Jauh, Gawai Jadi Salah Satu Penyebab

Marak Anak-anak di NTB Alami Rabun Jauh, Gawai Jadi Salah Satu Penyebab

Sui Suadnyana, Nathea Citra - detikBali
Jumat, 11 Okt 2024 06:51 WIB
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, Prima Yosephine Berliana Yumiur Hutapea, saat diwawancarai di acara peringatan Hari Penglihatan Sedunia Nasional di Hotel Astoria, Kota Mataram, Kamis (10/10/2024). (Nathea Citra/detikBali)
Foto: Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, Prima Yosephine Berliana Yumiur Hutapea, saat diwawancarai di acara peringatan Hari Penglihatan Sedunia Nasional di Hotel Astoria, Kota Mataram, Kamis (10/10/2024). (Nathea Citra/detikBali)
Mataram -

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyoroti kasus rabun jauh atau miopi pada anak-anak di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pasalnya, hampir 10 persen anak-anak di NTB mengalami gangguan penglihatan.

Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, Prima Yosephine Berliana Yumiur Hutapea, menjelaskan masyarakat harus sadar pentingnya deteksi dini kepada anak-anak agar terhindar dari rabun jauh. Salah satu faktor yang menyebabkan anak terkena rabun jauh adalah penggunaan gawai (gadget).

"Kami ingin fokus pada anak-anak agar mereka tahu pentingnya menjaga penglihatan. Lewat sekolah, kita bisa lakukan deteksi dini dengan harapan bisa langsung diintervensi sehingga aktivitas belajar anak-anak ini bisa optimal," kata Yosephine, Kamis (10/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mungkin sebelumnya, anak-anak ini sub optimal dalam proses belajar di sekolah karena terganggu penglihatannya, tentu hal ini akan berdampak pada prestasi belajarnya nanti," tambah Yosephine.

Yosephine berharap anak-anak di NTB bisa memanfaatkan layanan pengecekan mata secara gratis serta mendapatkan kacamata plus gratis yang bisa digunakan untuk meminimalkan terkena gangguan rabun jauh.

ADVERTISEMENT

"Kami harapkan anak-anak kita bisa lebih baik lagi (dan terhindar dari gangguan penglihatan). Maka dari itu, kami lakukan pencegahan sedari awal agar mata anak-anak kita bisa tetap sehat. Apalagi, kita akan menyiapkan generasi emas di masa mendatang, termasuk juga penglihatannya (harus lebih baik)," terang Yosephine.

Sebagai informasi, NTB telah mengembangkan vision center, yakni inovasi layanan kesehatan mata di sejumlah titik fasilitas kesehatan (faskes) yang tersebar di kabupaten/kota. Vision center merupakan inovasi layanan kesehatan mata yang terintegrasi dan dapat dilakukan di faskes tingkat pertama guna meningkatkan akses, cakupan deteksi dini, dan intervensi gangguan penglihatan.

"Semoga vision center yang ada di NTB ini bisa menular ke provinsi lain," harap Yosephine.

Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Bayu Sasongko, mengamini jika bermain gawai menjadi salah satu penyebab rabun jauh pada anak. Selain itu, rabun jauh juga disebabkan beberapa faktor, di antaranya genetik, dan membaca buku terlalu dekat dengan pencahayaan minim.

"Penggunaan gadget termasuk salah satu faktor (yang menyebabkan rabun jauh pada anak), tidak hanya pada arah kesehatan mata, penggunaan gadget dalam waktu lama juga dapat mengganggu konsentrasi pada anak," ujar Bayu.

Menurut Bayu, harus dilakukan deteksi sesegera mungkin untuk menangani permasalahan gangguan mata pada anak. Karena, jika masuk usia dewasa, progres penanganannya tidak bisa kembali. Namun, tetap bisa dibantu menggunakan lensa kontak atau pembedahan lasik.

"Tapi sekali lagi, itu bukan solusi. Jadi memang harus dilakukan pencegahan awal dengan edukasi sehingga bisa ditangani lebih cepat," kata Bayu.

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono, menjelaskan jumlah anak-anak yang mengalami rabun jauh di dunia terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2021, tercatat ada 165 juta anak yang mengalami permasalahan pada penglihatannya dikarenakan beberapa faktor. Angka ini terus meningkat hingga di angka 200-an juta anak-anak di dunia mengalami rabun jauh.

"Di Indonesia sendiri ada 3,6 juta yang mengalami (permasalahan penglihatan), dan angka ini berpotensi terus meningkat," kata Dante.

Menurut Dante, tingginya jumlah anak-anak yang mengalami rabun jauh ini harus segera direspons, mengingat anak-anak Indonesia merupakan generasi emas di masa mendatang.

"Melalui acara peringatan Hari Penglihatan Sedunia Nasional ini, kami mengajak semua pihak untuk melakukan pencegahan deteksi dini serta melakukan pengobatan gangguan penglihatan pada anak," ujar Dante.




(hsa/dpw)

Hide Ads