Impian dan Peluang Joni Pemanjat Tiang Bendera Jadi Tentara

Round Up

Impian dan Peluang Joni Pemanjat Tiang Bendera Jadi Tentara

Tim detikBali - detikBali
Kamis, 08 Agu 2024 08:24 WIB
Danrem 161/Wirasakti Kupang Brigjen TNI Joao Xavier Barreto Nunes (kanan) saat bertemu Joni (ANTARA/KornelisΒ Kaha)
Danrem 161/Wirasakti Kupang Brigjen TNI Joao Xavier Barreto Nunes (kanan) saat bertemu Joni (ANTARA/KornelisΒ Kaha)
Kupang -

Yohanes Ande Kala alias Joni diundang untuk menghadap Komandan Korem (Danrem) 161/Wira Sakti Kupang, Brigjen TNI Joao Xavier Barreto Nunes. Pemuda asal Belu itu menaruh harapan dan impian bisa lolos seleksi jadi tentara.

Joni merupakan pemuda asal Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sempat viral karena aksi heroiknya memanjat tiang bendera saat upacara peringatan HUT ke-73 RI.

Joni diundang ke Makorem 161/Wira Sakti Kupang setelah gagal saat seleksi masuk TNI AD. Ia mengaku tak punya mimpi lebih asalkan masuk TNI AD, baik melalui jalur tamtama maupun bintara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang penting tentara," ungkap Joni melalui sambungan telepon kepada detikBali, Rabu (7/8/2024).

Joni datang ke Makorem 161/Wira Sakti Kupang dan diantar langsung oleh sejumlah TNI AD dari Desa Silawan, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, NTT. Meski demikian, dia belum mengetahui agenda yang bakal dilakukan di Kupang.

ADVERTISEMENT

"Sangat senang ketika hari ini saya diundang ke sini (Makorem 161/Wira Sakti Kupang)," ujar Joni.

"Saya ikuti saja perintah Pak Danrem," imbuhnya.

Terapi Khusus untuk Joni

TNI AD bakal memberikan terapi untuk Yohanes Ande Kala alias Joni agar bisa menambah tinggi badan. Dia tak lolos menjadi tentara lantaran tinggi badannya tak sesuai kriteria.

"Saya mau arahkan dan berikan terapi karena menjadi perhatian khusus. Mudah-mudahan tinggi badannya bisa bertambah dan saya akan optimalkan dalam pembinaan selama dua minggu di sini," kata Danrem Wira Sakti Kupang Brigjen TNI Joao Xavier Barreto Nunes.

Joao mengundang Joni untuk menghadapnya di Makorem 161/Wira Sakti Kupang, Rabu. Menurut Joao, meski Joni menjadi perhatian khusus, ia tetap harus memenuhi syarat-syarat saat mengikuti seleksi TNI AD.

"Saya akan dorong dan siapkan agar dia punya kemampuan yang mumpuni supaya jadi prajurit TNI yang tangguh dan cerdas. Yang jelas masih ada kesempatan untuk tes di Universitas Pertahanan pada 27 Agustus ini," beber Joao.

Joao mengakui sempat bertemu dengan Joni saat kunjungannya ke Kabupaten Belu pada Selasa (23/7/2024). Saat itu, ia berpesan kepada Joni agar mempersiapkan diri dengan baik agar bisa lulus menjadi prajurit TNI.

"Saya jelaskan bahwa tidak ada siapa pun yang membantu, kecuali diri sendiri dengan berdoa dan berusaha," jelas Joao.

Ia membenarkan Joni gagal dalam seleksi masuk TNI AD karena memiliki tinggi badan hanya 155,8 sentimeter (cm). Sementara itu, peserta lainnya memiliki tinggi badan rata-rata 162,9 cm. Meski begitu, ia menyebut anak-anak di NTT diberikan kelonggaran dengan syarat minimal memiliki tinggi badan 160 cm.

"Negara ini sangat memperhatikan anak-anak NTT, tetapi syarat utamanya adalah memiliki tinggi badan minimal 163 sentimeter. Namun, kalau di Atambua (NTT), diturunkan menjadi 160 sentimeter. Ini artinya negara mau membantu," imbuh Joao.

Joni Mulai Rajin Berenang

Joni mengaku semakin giat berolahraga setelah gagal tes masuk TNI AD. Pemuda asal Belu itu mulai rutin berenang dan berlari dengan harapan tinggi badannya bertambah. Sebab, dia gagal menjadi tentara lantaran tinggi badannya tak memenuhi syarat. Dia pun kembali bersiap agar bisa lolos seleksi TNI AD pada tahun ini.

"Supaya menambah tinggi badan. Ini saya berusaha sekuat dan semaksimal mungkin, semoga bisa lolos," tutur Joni.

Joni mengungkapkan dirinya pertama kali mengikuti tes masuk prajurit TNI AD pada Jumat (2/8/2024). Saat itu, alumni SMAN I Atambua, Kabupaten Belu, itu mengikuti validasi pada pagi hari. Saat pengumuman pada malam harinya, nama Joni tak tercantum pada daftar peserta seleksi yang lolos.

"Gagal di awal, tetapi saya tidak akan patah semangat. Berjuang lebih giat lagi dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti tes selanjutnya," kata Joni.

"Saya punya komitmen untuk lolos jadi tentara dalam seleksi berikutnya," imbuh pria berusia 19 tahun itu.

Sebelumnya, Joni mengikuti tes masuk TNI melalui jalur calon bintara prajurit karier (Caba PK) tahun anggaran (TA) 2024. Berdasarkan informasi di situs TNI AD, tes Caba PK TNI dapat diikuti oleh seorang WNI hingga batas usia 22 tahun.

TNI AD mengungkap Joni tidak lulus seleksi Caba PK 2024 karena ada syarat yang tidak terpenuhi. Joni, yang tercatat dengan nama Yohanes Ande Kala, lahir di Halimuti dan berumur 19 tahun, memiliki tinggi badan 155,8 cm.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads