Yohanes Ande Kala alias Joni mengaku semakin giat berolahraga setelah gagal tes masuk TNI AD. Pemuda asal Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu sempat viral karena aksi heroiknya memanjat tiang bendera saat upacara peringatan HUT ke-73 RI.
Joni menuturkan dirinya rutin berenang dan berlari dengan harapan tinggi badannya bertambah. Sebab, dia gagal menjadi tentara lantaran tinggi badannya tak memenuhi syarat. Dia pun kembali bersiap agar bisa lolos seleksi TNI AD pada tahun ini.
"Supaya menambah tinggi badan. Ini saya berusaha sekuat dan semaksimal mungkin, semoga bisa lolos," tutur Joni saat ditemui detikBali di Kelurahan Merdeka, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, NTT, Rabu (7/8/2024) sore.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Joni mengungkapkan dirinya pertama kali mengikuti tes masuk prajurit TNI AD pada Jumat (2/8/2024). Saat itu, alumni SMAN I Atambua, Kabupaten Belu, itu mengikuti validasi pada pagi hari. Saat pengumuman pada malam harinya, nama Joni tak tercantum pada daftar peserta seleksi yang lolos.
"Gagal di awal, tetapi saya tidak akan patah semangat. Berjuang lebih giat lagi dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti tes selanjutnya," kata Joni.
"Saya punya komitmen untuk lolos jadi tentara dalam seleksi berikutnya," imbuh pria berusia 19 tahun itu.
Sebelumnya, Joni diundang untuk menghadap Komandan Korem (Danrem) 161/Wira Sakti Kupang, Brigjen TNI Joao Xavier Barreto Nunes. Ia diundang ke Makorem 161/Wira Sakti Kupang setelah gagal saat seleksi TNI AD.
Joni mengaku tak punya mimpi lebih asalkan masuk TNI AD, baik melalui jalur tamtama maupun bintara. "Yang penting tentara," ujarnya.
TNI Beri Terapi Peninggi Badan untuk Joni
Sementara itu, Danrem 161/Wira Sakti Kupang, Brigjen TNI Joao Xavier Barreto Nunes, mengungkapkan akan memberikan terapi untuk Joni agar bisa menambah tinggi badan. Dia berharap tinggi badan Joni bisa bertambah dalam dua pekan.
"Saya mau arahkan dan berikan terapi karena menjadi perhatian khusus. Mudah-mudahan tinggi badannya bisa bertambah dan saya akan optimalkan dalam pembinaan selama dua minggu di sini," kata Joao, Rabu.
Menurut Joao, meski Joni menjadi perhatian khusus, ia tetap harus memenuhi syarat-syarat dalam seleksi khusus TNI AD. Ia menegaskan Joni masih bisa ikut seleksi TNI AD.
"Saya akan dorong dan siapkan agar dia punya kemampuan yang mumpuni supaya jadi prajurit TNI yang tangguh dan cerdas. Yang jelas masih ada kesempatan untuk tes di Universitas Pertahanan pada 27 Agustus ini," ujarnya.
Joao membenarkan Joni gagal dalam seleksi masuk TNI AD karena memiliki tinggi badan hanya 155,8 sentimeter (cm). Sementara itu, peserta lainnya memiliki tinggi badan rata-rata 162,9 cm. Meski begitu, ia menyebut anak-anak di NTT diberikan kelonggaran dengan syarat minimal memiliki tinggi badan 160 cm.
"Negara ini sangat memperhatikan anak-anak NTT, tetapi syarat utamanya adalah memiliki tinggi badan minimal 163 sentimeter. Bamun kalau di Atambua (NTT), diturunkan menjadi 160 sentimeter. Ini artinya negara mau membantu," imbuh Joao.
(iws/dpw)