TNI Beri Terapi Penambah Tinggi Badan untuk Joni si Pemanjat Tiang Bendera

TNI Beri Terapi Penambah Tinggi Badan untuk Joni si Pemanjat Tiang Bendera

Yufengki Bria - detikBali
Rabu, 07 Agu 2024 15:37 WIB
Yohanes Ande Kala alias Joni saat bertemu Danrem 161/Wira Sakti Kupang, Brigjen TNI Joao Xavier Barreto Nunes, Rabu (7/8/2024). (Dok. Penerangan Korem 161/Wira Sakti Kupang)
Yohanes Ande Kala alias Joni saat bertemu Danrem 161/Wira Sakti Kupang, Brigjen TNI Joao Xavier Barreto Nunes, Rabu (7/8/2024). (Dok. Penerangan Korem 161/Wira Sakti Kupang)
Kupang -

TNI AD bakal memberikan terapi untuk Yohanes Ande Kala alias Joni agar bisa menambah tinggi badan. Joni merupakan pemuda asal Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang sempat viral karena aksi heroiknya memanjat tiang bendera saat upacara peringatan HUT ke-73 RI.

Joni sebelumnya mengikuti tes masuk TNI melalui jalur calon bintara prajurit karier (Caba PK) tahun anggaran (TA) 2024. Namun, dia tak lolos menjadi tentara lantaran tinggi badannya tak sesuai kriteria.

"Saya mau arahkan dan berikan terapi karena menjadi perhatian khusus. Mudah-mudahan tinggi badannya bisa bertambah dan saya akan optimalkan dalam pembinaan selama dua minggu di sini," kata Komandan Korem (Danrem) 161/Wira Sakti Kupang Brigjen TNI Joao Xavier Barreto Nunes, Rabu (7/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Joao mengundang Joni untuk menghadapnya di Makorem 161/Wira Sakti Kupang, Rabu. Menurut Joao, meski Joni menjadi perhatian khusus, ia tetap harus memenuhi syarat-syarat saat mengikuti seleksi TNI AD.

"Saya akan dorong dan siapkan agar dia punya kemampuan yang mumpuni supaya jadi prajurit TNI yang tangguh dan cerdas. Yang jelas masih ada kesempatan untuk tes di Universitas Pertahanan pada 27 Agustus ini," beber Joao.

Joao mengakui sebelumnya sempat bertemu dengan Joni saat kunjungannya ke Kabupaten Belu pada Selasa (23/7/2024). Saat itu, ia berpesan kepada Joni agar mempersiapkan diri dengan baik agar bisa lulus menjadi prajurit TNI.

"Saya jelaskan bahwa tidak ada siapa pun yang membantu, kecuali diri sendiri dengan berdoa dan berusaha," jelas Joao.

Ia membenarkan Joni gagal dalam seleksi masuk TNI AD karena memiliki tinggi badan hanya 155,8 sentimeter (cm). Sementara itu, peserta lainnya memiliki tinggi badan rata-rata 162,9 cm. Meski begitu, ia menyebut anak-anak di NTT diberikan kelonggaran dengan syarat minimal memiliki tinggi badan 160 cm.

"Negara ini sangat memperhatikan anak-anak NTT, tetapi syarat utamanya adalah memiliki tinggi badan minimal 163 sentimeter. Bamun kalau di Atambua (NTT), diturunkan menjadi 160 sentimeter. Ini artinya negara mau membantu," imbuh Joao.

Selain itu, Joao melanjutkan, anak-anak NTT yang ingin menjadi prajurit TNI juga cukup memiliki nilai psikologi 41 dari standarnya 110. Meski standarnya sudah diturunkan, dia berujar, para peserta hanya memiliki nilai psikologi rata-rata 27-28.

"Akhirnya ketika dia jadi tentara, disuruh ke bagian utara dia ke selatan dan disuruh ke timur dia ke barat. Sementara mereka adalah penjaga keamanan negara yang selalu membawa senjata. Ini mau jadi apa," pungkasnya.

Sebelumnya, Joni diundang untuk menghadap Danrem 161/Wira Sakti Kupang Brigjen TNI Joao Xavier Barreto Nunes. Ia datang ke Makorem 161/Wira Sakti Kupang dan diantar langsung oleh sejumlah TNI AD dari Desa Silawan, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, NTT.

Joni mengaku tak punya mimpi lebih asalkan masuk TNI AD, baik melalui jalur tamtama maupun bintara. "Yang penting tentara," ungkap Joni melalui sambungan telepon kepada detikBali, Rabu sore.




(iws/gsp)

Hide Ads