Perjalanan detikBali ke Hokeng, sebuah lembah subur di bawah kaki Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Rabu sore (3/1/2024) terganggu oleh abu vulkanik. Angin yang menyapu tubuh turut serta membawa abu erupsi dan hinggap di baju.
Abu juga membuat jarak pandang pengendara motor yang melewati Jalan Trans Larantuka-Maumere terbatas. Abu yang terempas dari mobil-mobil di depan membuat mata perih.
Angin timur turut serta membawa abu vulkanik dan melepaskannya di lereng gunung serta kampung sekitar di bawah kaki gunung. Pucuk bunga, jagung, serta pepohonan yang bertunas ikut tertutup abu vulkanik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiba di depan Kantor Camat Wulanggitang, hujan membasahi tanah hingga becek dan menyeret lumpur ke pinggir jalan.
Salah satu pengungsi, Bernardus Bala Kwuta, mengungkapkan masalah yang dihadapi di pengungsian. Dia mengkhawatirkan kebun, kambing, babi, dan ayam miliknya yang ditinggalkan.
"Daun-daun sudah kena abu. Mereka makan rumput campur abu saja. Kalau babi saya kasih makan beras sisa dari sini, atau masak nasi di rumah," ujar Bernardus, kepada detikBali, Rabu.
Pantauan detikBali, tampak anak-anak SD hingga SMP sedang bermain di depan teras sekolah. Antara lain, Ratih, Astin, dan Lia, siswa SMPN 1 Wulanggitang.
Mereka harus berbagi kasur dengan pengungsi lainnya. Apalagi situasi dingin. "Belum ada terpal kaka," kata mereka serempak.
Sejauh ini, total ada 2.257 pengungsi yang menyebar di sembilan lokasi yaitu,
1. Desa Konga: 315 orang.
2. Di Desa Pululera: 205 orang.
3. SDK Kemiri: 134 orang.
4. SMP I Wulanggitang: 718 orang.
5. CU Remaja Hokeng: 62 orang.
6. Polsek Wulanggitang: 48 orang.
7. Koramil Boru: 23 orang.
8. Di rumah warga Desa Boru: 316 orang.
9. Desa Hewa: 436 orang.
Untuk logistik bantuan yang berada di Posko Boru sejak 1 Januari 2024 yakni, beras 20 karung (per karung 20 kilogram), mi instan 20 dus, minyak goreng 12 jeriken, dan gula pasir 15 kilogram.
(hsa/hsa)