Warga hingga pemerintah Desa Golo Mori, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), memprotes nama puskesmas yang sedang dibangun di desa tersebut dengan nama 'Tana Mori'. Seharusnya fasilitas kesehatan itu diberi nama 'Puskesmas Golo Mori'.
Sebelumnya warga juga menolak nama Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Golo Mori dengan sebutan KEK Tana Mori. Menurut warga, Golo Mori adalah nama yang paling tepat, sesuai dengan nama daerah itu.
Alasan penolakan 'Tana Mori' sebagai nama puskesmas juga sama dengan alasan penolakan nama KEK Tana Mori. Penggunaan frasa 'Tana Mori' untuk nama fasilitas yang dibangun di sana dinilai menghilangkan identitas sosial masyarakat setempat, yakni 'Golo Mori'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang warga Golo Mori Hasanudin mengatakan Golo Mori adalah nama kawasan di sana yang sudah ada turun temurun. Nama Golo Mori, kata dia, memiliki nilai filosofis yang menjadi identitas warga setempat. Perubahan nama itu dinilai melacuri sejarah daerah tersebut.
"Mengubah nama asli Golo Mori menjadi Tana Mori untuk nama Puskesmas yang dibangun di desa Golo Mori itu sama halnya melacuri sejarah dari sebutan wilayah Golo Mori," tegas Hasan di Labuan Bajo, Selasa (12/12/2023).
"Sebagai putra asli Golo Mori tentu saya menolak, mengutuk dan mengecam,perubahan nama Golo Mori menjadi Tana Mori. Sebab nama Golo Mori adalah nama asli yang diberikan masyarakat adat lokal terhadap lokasi itu," lanjut dia.
Nama Golo Mori diambil dari keberadaan sebuah gunung (golo) di sana, yang di bagian puncaknya terlihat seperti orang sedang berdoa kepada Tuhan (Mori). Ia menegaskan Golo Mori memiliki makna yang berbeda dengan Tana Mori. Menurut dia, mengganti nama Golo Mori dengan Tana Mori melecehkan budaya dan nenek moyang mereka.
"Saya hanya khawatir nenek moyang kami yang sudah berpulang marah kepada oknum elit tersebut dan berdampak pada kejadian yang tidak kita inginkan," kata Hasan.
Baca juga: Jalan Panjang Golo Mori Menjadi KEK |
Ia menyayangkan pemerintah masih memakai nama Tana Mori padahal sebelumnya sempat muncul protes keras masyarakat dan Pemerintah Desa Golo Mori terhadap keberadaan KEK di sana yang diberi nama Tana Mori.
"Tanpa mempertimbangkan kearifan lokal, kultur budaya yang tumbuh berkembang di tengah masyarakat setempat, apalagi tidak meminta ijin, rupanya pemerintah sengaja dan pura-pura tidak tahu, tidak menerima kritikan tentang perubahan nama Golo Mori dengan sebutan lain selama ini," kata Hasan.
Dia mendesak Pemkab Manggarai Barat untuk mengganti nama puskesmas itu menjadi Puskesmas Golo Mori dan segera menghapus nama Tana Mori yang sudah tertulis di bagian depan puskesmas yang sudah hampir rampung tersebut.
Kepala Desa Golo Mori Samaila mengungkapkan pihaknya tak dimintai pertimbangan penamaan puskesmas tersebut. Warga desa Golo Mori, tegas dia, tetap memilih nama Golo Mori.
"Terkait nama Puskesmas Tana Mori saya juga belum tahu persis kenapa diberi nama itu. Kami di Golo Mori tetap memegang nama Golo Mori," tegas Samaila.
Kepala Dinas Kehahatan (Dinkes) Manggarai Barat Paulus Mami mengatakan Puskesmas Tana Mori di desa Golo Mori itu dibangun oleh Dinkes untuk tahun anggaran 2023. Namun Ia tak mau menanggapi soal pilihan nama puskesmas itu. Ia meminta untuk konfirmasi kepada Asisten I Bupati Manggarai Barat Hilarius Madin.
Awal Mula Pemberian Nama Tana Mori
Hilarius membeberkan latar belakang nama Puskesmas Tana Mori di Desa Golo Mori tersebut. Ia menjelaskan dalam Rapat Koordinasi Tingkat Nasional tahun 2016 dan 2017, Desa Golo Mori dan sekitarnya masuk dalam KEK dengan nomenklatur KEK Tana Mori. Atas dasar nomenklatur itulah puskesmas di Desa Golo Mori diberi nama Tana Mori.
"Dalam rapat koordinasi tingkat Nasional Tahun 2016 dan 2017 Kawasan Ekonomi Khusus mulai dari Golo Mori, Mata Wae, Nangabere sampai Repi masuk dalam KEK, dan dalam pembahasan disampaikan akan dibangun infrastruktur jalan dengan nomenklatur KEK Tanah Mori. Demikian historinya nomenklatur tanah," jelas Hilarius.
Menanggapi kemungkinan nama Puskesmas Tana Mori diganti dengan Puskesmas Golo Mori setelah adanya protes masyarakat, Hilarius mengatakan akan berkoordinasi dengan Dinkes Manggarai Barat. "Nanti saya koordinasikan dengan dinkes," katanya.
(dpw/hsa)