Warga Pulau Komodo di kawasan Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), membutuhkan ambulans laut agar bisa mengevakuasi dengan cepat pasien dalam kondisi darurat ke rumah sakit di Labuan Bajo.
Selama ini pasien yang mengalami sakit darurat dievakuasi menggunakan perahu nelayan dengan waktu tempuh hingga enam jam. Diketahui, perjalanan dari Pulau Komodo ke Labuan Bajo dan sebaliknya hanya bisa menggunakan moda transportasi laut dan helikopter.
"Belum ada ambulans (laut). Kalau ada yang sakit darurat kami masih gunakan perahu yang tempo waktu lima sampai enam jam dari Komodo ke Labuan Bajo," ungkap Kepala Desa Komodo Haji Aksan, Jumat (26/7/2024) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksan mengatakan belum ada warga Pulau Komodo yang meninggal dunia karena terlambat dievakuasi ke rumah sakit di Labuan Bajo. Kendati demikian, dia berharap ada bantuan speedboat yang bisa digunakan sebagai ambulans laut untuk warga Pulau Komodo. Dengan adanya ambulans laut itu warga Komodo bisa dievakuasi dengan cepat ke rumah sakit di Labuan Bajo jika kondisinya darurat.
"Ia, betul (membutuhkan ambulans laut). Memang ada speedboat bersamaan dengan Puskesmas Desa Komodo kami belum lihat, mungkin menanti peresmian Puskesmas baru bawa ke pulau Komodo. Mudah-mudahan ada bantuan speedboat cepat," kata Aksan.
Warga Labuan Bajo, Budi Widjaja, menyoroti ketiadaan ambulans laut di Pulau Komodo dan pulau-pulau lainnya di sekitar Labuan Bajo yang hanya bisa diakses dengan transportasi laut. Menurut dia, ambulans laut sangat dibutuhkan warga di Pulau Komodo dan pulau-pulau lainnya di seputar Labuan Bajo.
"Pengadaan ambulans laut saat ini sangat dibutuhkan. Sangat mendesak. Bisa ditanyakan ke pustu atau bidan di Pulau Komodo, Rinca , Papagarang, dan lain-lain. Sudah berapa banyak korban meninggal karena pendarahan pada saat melahirkan atau kecelakaan lainnya yang membutuhkan ambulans laut untuk dirujuk ke rumah sakit di Labuan Bajo," kata Budi.
Pengusaha wisata bahari yang menjabat ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gabungan Pengusaha Wisata Bahari dan Tirta Indonesia (Gahawisri) Labuan Bajo ini mengatakan dalam kondisi tertentu pasien darurat bisa dievakuasi oleh kapal cepat milik Tim SAR Gabungan di Labuan Bajo. Namun kapal bantuan itu harus berangkat dari Labuan Bajo, tidak tersedia di pulau-pulau tersebut. Proses evakuasi pasien darurat menjadi lebih lama. Belum juga persoalan kesiapan biaya operasional kapal-kapal milik Tim SAR Gabungan untuk evakuasi pasien.
"Bisa dievakuasi oleh Tim SAR Gabungan tapi bukan berarti harus selalu direspons, atau mengenai anggaran untuk BBM dan lain-lainnya, kan. Dan kalau semua harus bolak-balik dari Labuan Bajo,waktunya jadi lebih panjang. Kunci pelayanan kesehatan atau medis untuk kecelakaan dan lainnya, adalah waktu yang tipis," tegas Budi.
Menurut dia, yang diperlukan saat ini adalah kepastian institusi mana yang mengoperasikan ambulans laut, termasuk anggaran BBM dan personel sehingga di manapun penempatan ambulans laut itu bisa segera dioperasikan. Budi menyoroti ada dua ambulans laut yang berlabuh di Dermaga Pink Labuan Bajo yang tidak pernah dioperasikan. Ia menyebut keberadaan dua ambulans laut itu mubazir. Ia tak mengetahui instansi yang menyediakan ambulans laut itu.
"Sudah ada dua unit ambulans laut di Dermaga Pink tetapi tidak pernah dioperasikan," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Manggarai Barat Adrianus Ojo belum mengetahui pemilik ambulans laut yang disebut Budi mubazir tersebut. Ia harus koordinasi terlebih dahulu tentang keberadaan dua speedboat tersebut. "Saya koordinasikan dulu ya," ujarnya.
(dpw/gsp)