Derita Warga NTT Saat Kekeringan: Minum Air dari Batang Pisang-Tirta Berkapur

Round Up

Derita Warga NTT Saat Kekeringan: Minum Air dari Batang Pisang-Tirta Berkapur

Yufengki Bria-Ambrosius Ardin - detikBali
Jumat, 06 Okt 2023 09:36 WIB
Viral warga Sikka mengambil air dari batang pisang karena bencana kekeringan di sana.
Warga Sikka, NTT, mengambil dan mengonsumsi air dari batang pisang karena kekeringan. Foto: Istimewa
Sikka -

Sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) kekeringan. Akibatnya, penduduk di beragam daerah kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan, warga Dusun Klotong, Desa Bura Bekor, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, NTT, tak punya pilihan selain meminum air dari batang pisang.

Penjabat Kepala Desa Bura Bekor Nolastus menuturkan warga terpaksa mengambil air dari batang pisang karena tak sanggup membeli air bersih dari tangki. Harga tirta bersih mencapai Rp 500 ribu per tangki.

Nolastus menjelaskan salah satu warganya yang mengonsumsi air dari batang pisang adalah Yosep Rizal. "Dia (Rizal) potong 7-8 pohon pisang," ungkap Nolastus kepada detikBali, Kamis (5/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yosep, Nolastus melanjutkan, menebang batang pohon pisang yang sudah tua lalu mengambil airnya. "Itu sejak nenek moyang sudah ajarkan begitu dan turun temurun masyarakat membuatnya seperti itu (kalau kekurangan air)," imbuhnya.

Nolastus mengatakan dari menebang batang pisang itu bisa didapat 3-4 liter air. Dia (air dari batang pisang) rasanya agak sepat," kata Nolastus.

ADVERTISEMENT

Adapun Desa Bura Bekor mengalami kemarau panjang sejak Juni 2023. Musim kering itu membuat warga makin sulit mendapat air bersih, apalagi sebagian besar warga di sana mengandalkan air tadah hujan.

Warga Labuan Bajo Minum Air Berkapur

Kekeringan juga melanda Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT. Sejumlah warga di sana kesulitan mendapatkan air bersih.

Bahkan, warga setempat terpaksa mengonsumsi air berkapur yang mereka beli. Salah satunya adalah Warga Padang SMIP, Desa Batu Cermin, Samuel Gono Ate.

"Selama ini, kami menggunakan air zat kapur," ungkap Samuel saat menerima bantuan tirta bersih dari Polres Manggarai Barat, Rabu (4/10/2023).

Menurut Samuel, bantuan tirta bersih itu bisa meringankan beban pengeluarannya. Sebab, ia tidak perlu lagi membeli air tangki.

Direktur Perumda Air Minum Bersih Wae Mbeliling Aurelius Endo mengatakan selama ini bekerja sama dengan Polres Manggarai Barat untuk menyalurkan air bersih kepada masyarakat di Labuan Bajo yang mengalami kesulitan air bersih. Perusahaan daerah tersebut akan menyalurkan bantuan tirta ke Padang SMIP dua kali sepekan.

14 Wilayah di NTT Berstatus Siaga Darurat Kekeringan

Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Ambrosius Kodo menyebut wilayah NTT masih berstatus siaga darurat kekeringan. Sehingga hal tersebut tak terlalu mengkhawatirkan.

Ambrosius memaparkan 14 Kabupaten di NTT berstatus siaga darurat kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Ambrosius menyebutkan terdapat 14 Kabupaten/Kota berstatus siaga darurat bencana kekeringan itu antara lain Kabupaten Kupang, Ende, Alor, Belu, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, Sumba Timur, Sumba Barat, Flores Timur, Lembata, Timor Tengah Utara, Rote Ndao, Sabu Raijua, dan Kota Kupang. Penetapan itu didasari Surat Keputusan Gubernur NTT Nomor 172/KEP/HK/2023 pada 26 April 2023 tentang Penetapan Status Keadaan Siaga Darurat Penanganan Bencana Kekeringan dan Karhutla.

"Kita lihat apakah nanti ada Kabupaten yang menetapkan daya tanggap darurat atau tidak. Namun, ketika ada satu atau dua wilayah yang sudah menetapkan itu, maka Provinsi (NTT) akan menetapkan status tanggap darurat untuk semua wilayah," jelasnya.

Ambrosius mengatakan sudah ada sejumlah instansi yang mendistribusikan air bersih kepada warga di sejumlah daerah. Namun, itu merupakan wilayah-wilayah yang memang susah air.

50.396 Hektare Hutan dan Lahan Terbakar Sepanjang Januari-Agustus 2023

Ambrosius mengatakan karhutla di NTT sejak tiga tahun terakhir sangat tinggi luasannnya. Pada 2021 hingga 2022 tercatat ada 90 ribuan hektare hutan dan lahan terbakar. Sedangkan karhutla pada Januari-Agustus 2023 terjadi di 50.396,79 hektare.

Rinciannya, Ambrosius melanjutkan, Sumba Timur 15.818,99 hektare; Alor (8.965,64); Sumba Tengah (7.227,85); Ngada (2.792,56); Lembata (2.615,09); Flores Timur (2.163,45); Nagekeo (2.138,84); Kupang (1.934,87); Ende (1.871,61); Sikka (1.656,91); Manggarai Timur (1.348,93); Manggarai Barat (773,90); Sumba Barat Daya (682,91); Sumba Barat (260,56); Rote Ndao (58,94); Kota Kupang (48,84); Timor Tengah Utara (30,21); dan Sabu Raijua (6,69).

Ambrosius menjelaskan NTT sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat untuk membantu peralatan seperti watter bombing yang bisa digunakan saat terjadi kebakaran hutan.




(gsp/dpw)

Hide Ads