Tradisi Sripuan, Perayaan Maulid Nabi di Kota Kupang

Tradisi Sripuan, Perayaan Maulid Nabi di Kota Kupang

Anastasya Evlynda Berek - detikBali
Minggu, 24 Sep 2023 23:00 WIB
Kapan 12 Rabiul Awal 2022? Seputar Peringatan Maulid Nabi 2022
Maulid Nabi. Foto: Getty Images/iStockphoto/Zeynurbaba
Kupang -

Maulid Nabi jatuh pada Kamis (28/9/2023). Di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di Kelurahan Airmata, masyarakat setempat merayakan Maulid Nabi dengan sebuah tradisi, yaitu sripuan.

Lantas, seperti apakah tradisi sripuan tersebut? Berikut informasi yang detikBali rangkum dari berbagai sumber.

Sejarah Tradisi Sripuan

Dikutip dari jurnal penelitian Eka Syahrianti Andini Tahun 2022, tradisi sripuan sudah ada sejak 1980-an dan menjadi tradisi turun-temurun oleh masyarakat Kota Kupang, terkhususnya Kelurahan Airmata. Tradisi ini dilakukan setahun sekali, memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sripuan sendiri berasal dari bahasa Melayu yang berarti persembahan kepada yang tertua dalam bertanggung jawab menjaga nilai persatuan.

Seiring perkembangan zaman, sripuan tidak lagi berbentuk lonjong ke atas dengan diisikan buah-buahan dan dibungkus rampai daun pandan saja, melainkan dengan berbagai bentuk hiasan seperti uang, telur rebus, parsel buah, dan snack.

ADVERTISEMENT

Pelaksanaan Tradisi Sripuan

Tradisi sripuan ini dilaksanakan sehari sebelum Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini dimulai dari pukul 19.30 Wita hingga pukul 02.00 Wita.
Prosesi sripuan ini biasa dikenal dengan sebutan kirab atau pawai yang akan dimulai dari Masjid Kampung Solor, menuju ke Masjid Bonipoi, dan berakhir di Masjid Albaitul Qadim Air Mata.

Upacara adat pelepasan kirab ini pun dimulai setelah habis isya, dengan diawali mengutarakan niat disertai doa dan dzikir yang dibagikan. Kemudian Sripuan ini akan dilepas oleh Gubernur NTT dan wali kota, serta didampingi pejabat daerah lainnya, lalu Sripuan akan dikirab yang akan diikuti oleh barisan anak-anak, ormas islam, orang dewasa, hingga orang tua, remaja masjid, dan lainnya.

Tradisi sripuan ini merupakan simbol dari persatuan, gotong-royong, keakraban, dan toleransi, tidak hanya sesama umat muslim, namun kepada sesama yang berbeda keyakinan juga.

Artikel ini ditulis oleh Anastasya Evlynda Berek peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/nor)

Hide Ads