"Tinggi kolom abu akibat letusan mencapai 700 meter di atas puncak atau sekitar 2.123 meter di atas permukaan laut," kata Kepala Pos Pengamat Gunung Api Ile Lewotolok, Stanis Ara Kian dalam keterangan tertulisnya kepada detikBali, Selasa.
Stanis menerangkan kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal dan condong ke arah barat laut. Erupsi itu terekam seismogram PGA Ile Lewotolok di Desa Laranwutun, Kecamatan Ile Ape, dengan amplitudo maksimum 36,8 mm dan durasi kurang lebih 1 menit 57 detik.
Menurut Stanis, aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok bisa erupsi setiap saat jika ada suplai magma di dalam kawah. Meski begitu, sejauh ini ancaman bahaya erupsi masih jauh dari lokasi pemukiman.
Stanis menegaskan Gunung Ile Lewotolok masih berstatus level II atau waspada. "Masyarakat Desa Lamawolo, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya dari guguran/longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak atau kawah Gunung Ile Lewotolok," imbuhnya.
Selain itu, Stanis juga mengimbau warga di sekitar lereng gunung untuk selalu memakai masker atau penutup hidung guna menghindari gangguan pernapasan maupun gangguan kesehatan lainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik.
"Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah atau aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ile Lewotolok agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi, terutama di saat musim hujan," pungkasnya.
Sumber Foto: KESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok
(iws/nor)