Gempa Vulkanik Gunung Ile Lewotolok Meningkat

Lembata

Gempa Vulkanik Gunung Ile Lewotolok Meningkat

Yurgo Purab - detikBali
Sabtu, 28 Des 2024 18:10 WIB
Gunung Ile Lewotolok erupsi, Sabtu (2/3/2024).
Gunung Ile Lewotolok. (Foto: Dok. PVMBG)
Lembata -

Aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), menunjukkan peningkatan signifikan pada Desember 2024 dibandingkan November 2024.

Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, melaporkan bahwa pada Sabtu (28/12/2024), pukul 00.00 hingga 06.00 Wita, terekam 2 gempa hembusan, 18 gempa vulkanik dangkal, 33 gempa vulkanik dalam, serta 2 gempa tektonik jauh. Selain itu, antara pukul 00.00 hingga 11.00 WITA, juga terjadi 2 gempa tektonik lokal.

"Secara umum, hingga 28 Desember, gempa embusan masih mendominasi aktivitas, tetapi gempa vulkanik dalam pada Desember ini meningkat cukup signifikan dibandingkan November," ujar Wafid dalam keterangan tertulisnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peningkatan tersebut terjadi setelah muncul gempa tektonik lokal pada Jumat malam (27/12/2024). Gempa vulkanik dangkal mencapai 18 kejadian, sedangkan gempa vulkanik dalam mencapai 33 kejadian.

Wafid menambahkan bahwa rata-rata gempa vulkanik dangkal pada bulan-bulan sebelumnya hanya 1 kejadian per hari, sementara gempa vulkanik dalam berkisar 1-5 kejadian per hari.

Meningkatnya aktivitas ini mengindikasikan adanya tekanan atau stres signifikan pada tubuh Gunung Ile Lewotolok, yang berkaitan dengan suplai magmatik dangkal dan dalam. Meski begitu, data deformasi menunjukkan perubahan yang belum signifikan.

"Pengukuran jarak dengan EDM (Electronic Distance Measurement) menunjukkan sedikit pemendekan, yang mengindikasikan perubahan deformasi inflasi atau penggembungan pada tubuh gunung," imbuhnya.

Saat ini, Gunung Ile Lewotolok berada pada Level II Waspada. Wafid mengimbau masyarakat di sekitar gunung, pengunjung, pendaki, dan wisatawan agar tidak memasuki wilayah dengan radius 2 km dari pusat aktivitas gunung. Warga Desa Lamatokan dan Desa Jontona juga diminta waspada terhadap potensi guguran lava dan awan panas dari bagian timur puncak atau kawah.

Masyarakat di sekitar gunung, termasuk Desa Jontona dan Desa Todonara, diimbau untuk menjauhi wilayah sektoral selatan dan tenggara sejauh 2,5 km dari pusat aktivitas. Warga Desa Amakaka juga diminta menghindari wilayah sektoral barat sejauh 2,5 km dari pusat aktivitas gunung untuk menghindari ancaman serupa.

Untuk menghindari gangguan pernapasan akibat abu vulkanik, masyarakat disarankan menggunakan masker pelindung mulut dan hidung, serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Langkah pencegahan ini penting untuk mengurangi dampak kesehatan akibat paparan abu vulkanik.




(dpw/dpw)

Hide Ads