Retakan tanah yang terjadi di Dusun Muku, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), kini semakin meluas hingga mendekati permukiman warga. Hingga saat ini, ada lima rumah warga yang rusak karena terkena garis patahan tanah.
"Iya, retak baru ada dua rumah, total jadi lima rumah yang rusak. Kemungkinan untuk itu pasti terjadi lagi (bertambah) apalagi pergerakan tanah masih berlangsung dan semakin mendekat permukiman," ungkap Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bima Isyrah pada detikBali, Kamis (8/6/2023).
Isyrah mengatakan retakan dan patahan tanah terus terjadi pada setiap harinya. Bahkan, kini makin meluas ke perbukitan yang ada di sekitar pemukiman warga. Selain itu, retakan juga menjalar dengan membagi bercabang-cabang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pergerakan tanah masih berlanjut, tim PVMBG belum tiba di Bima untuk melakukan kajian dan penilaian," tuturnya.
Menurutnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima telah melakukan tanggap darurat dengan mengungsikan warga yang ada di sekitar lokasi patahan ke wilayah aman. Hanya saja, Isyrah belum bisa mengungsikan warga secara massal karena masih menunggu kajian bersama dengan pihak yang berkompeten.
"Tanggap darurat dan pengamatan serta kajian awal oleh tim sudah berjalan, langkah selanjutnya menunggu hasil penelitian dan kajian dari instansi yang berwenang atau PVMBG yang rencananya tiba di Bima sore nanti," ucapnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, tiga rumah warga mengalami kerusakan akibat pergeseran tanah di lokasi bekas galian C ilegal di Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Selasa (30/5/2023) pagi.
Tembok depan salah satu rumah warga di Dusun 2 RT 09 roboh setelah terjadi gerakan tanah tepat di rumah itu berdiri. Akibatnya, rumah tersebut tidak bisa ditempati dan keluarga dipindahkan ke tempat aman untuk sementara.
Pergerakan atau pergeseran tanah telah terjadi sejak Rabu (23/5/2023). Tanah terus bergerak selama berhari-hari. Selain satu rumah yang rusak parah, dua rumah lain rusak ringan.
"Kejadian dilaporkan 24 Mei 2023 dan terus terjadi sampai 27 Mei 2023," ungkap Isyrah.
(nor/gsp)