Andreas William Sanda (21), korban penganiayaan oleh tiga anggota TNI AL di Maumere, melaporkan balik ayah mantan kekasihnya, PD (47), ke Polres Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebelumnya, PD melaporkan Andreas atas dugaan pidana persetubuhan terhadap anaknya, MAJ (17).
Kasi Humas Polres Sikka AKP Margono mengatakan Andreas melaporkan PD pada Senin (5/6/2023) atau sepekan setelah ia dilaporkan PD pada Senin (29/5/2023).
"Pada Senin, pukul 11.30 Wita, bertempat di SPKT Polres Sikka, Andreas melaporkan tindak pidana penganiayaan," ujar Margono, Rabu (7/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dugaan penganiayaan terhadap Andreas terjadi di kos Jalan Benteng Misir, Kelurahan Madawat, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, sekitar pukul 20.30 Wita, 27 Mei 2023.
Penganiayaan terjadi saat Andreas sedang berbincang dengan MAJ. "Korban berada di sekitar kos-kosan bersama anak terlapor sedang mengobrol. Kemudian, datang terlapor langsung memukul bagian kepala korban dengan menggunakan helm dan korban langsung terjatuh. Lalu, terlapor menendang lagi korban di bagian dagu," jelas Margono.
Setelah itu, PD membawa Andreas ke rumahnya di Desa Waturia, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka. Dalam perjalanan, Andreas sempat meminta izin kepada PD untuk dapat menghubungi keluarganya. Namun, permintaannya ditolak.
"Korban mengalami rasa sakit di bagian kepala belakang dan dagu. Karena kejadian tersebut, korban melaporkan peristiwa tersebut ke SPKT Polres Sikka guna proses lebih lanjut," terang Margono.
Penganiayaan terhadap Andreas tidak berhenti di sana. Setelah dianiaya PD, Andreas juga dianiaya oleh tiga anggota TNI AL yang bertugas di Pangkalan AL Maumere. "Tiga anggota Pangkalan AL Maumere langsung menganiaya (Andreas) di dalam rumah," tutur Apolonaris Ratu, paman Andreas.
Ia merinci tiga anggota TNI AL yang menganiaya Andreas, salah satunya masih berpakaian seragam lengkap. Kemudian, keponakannya itu dipukul dengan popor senjata dan dipaksa telanjang bulat.
Lalu, tiga anggota TNI AL itu juga memaksa Andreas mengolesi kemaluannya dengan balsam. "Mereka mengambil balsam dan memaksa korban untuk menggosok di kemaluannya sampai bengkak," kata Ketua Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) Waturia tersebut.
Tidak hanya itu, Apolonaris melanjutkan keponakannya itu juga diminta menjilat darahnya sendiri yang tercecer akibat pukulan popor senjata. "Darah yang keluar dari mulut dan mata korban dibersihkan oleh korban dengan menjilat," tandasnya.
(BIR/iws)