Bahagianya Penemu Motif Kala Kepala Negara ASEAN Pakai Tenun Mata Manuk

Manggarai Barat

Bahagianya Penemu Motif Kala Kepala Negara ASEAN Pakai Tenun Mata Manuk

Ambrosius Ardin - detikBali
Kamis, 11 Mei 2023 21:59 WIB
kepala negara ASEAN memakai tenun mata manuk khas Manggarai, Kamis (11/5/2023). (IST)
Foto: kepala negara ASEAN memakai tenun mata manuk khas Manggarai, Kamis (11/5/2023). (IST)
Manggarai Barat -

Kepala Negara yang menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) memakai kemeja tenun songket Manggarai Barat dengan motif Mata Manuk (mata ayam) pada hari terakhir kegiatan tersebut, Kamis (11/5/2023).

Maria Elisabeth C. Pranda, pencipta tenun songket Manggarai Barat motif Mata Manuk mengaku bangga kepala negara ASEAN memakai kemeja tenun Manggarai Barat dengan motif Mata Manuk.

"Saya merasa bangga, senang. Mungkin karena (KTT ASEAN digelar) di Labuan Bajo, Pak Presiden memilih tenun khas Manggarai Barat dan untung sudah ada tenun songket khas Manggarai Barat," kata Else, sapaanya, di Labuan Bajo, Kamis (11/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, jika tak ada tenun songket motif Mata Manuk, bisa saja Presiden Joko Widodo tak menyiapkan kemeja tenun untuk kepala negara yang menghadiri KTT ASEAN di Labuan Bajo. Kekhasan tenun songket Manggarai Barat bukan hanya pada motifnya tapi juga jenis kainnya.

"Kalau tidak ada tenun khas Manggarai Barat, saya rasa mungkin pakai Manggarai ya, dan mungkin Pak Presiden tidak mau karena terlalu panas, karena tebal. Motifnya ragam coraknya, terlalu banyak. Kalau Manggarai Barat saya bikin ringan dan dingin, Pak Presiden kepingin yang begini," ujar Else.

ADVERTISEMENT

Ia mengapresiasi Jokowi memilih Labuan Bajo sebagai tuan rumah KTT ASEAN dan memilih kemeja tenun Manggarai Barat motif Mata Manuk untuk dipakai Kepala Negara ASEAN saat KTT tersebut.

"Terima kasih pak Presiden Jokowi sudah memilih tenun khas Manggarai Barat motif Mata Manuk," katanya.

Kemeja tenun Mata Manuk yang dipakai Kepala Negara ASEAN itu disiapkan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebelum KTT ASEAN digelar, Ketua Dekranasda Provinsi NTT Julie Sutrisno Laiskodat mengaku ditugaskan Presiden Jokowi untuk menyiapkan kemeja tenun Mata Manuk tersebut. Kain tenun tersebut diproduksi oleh UMKM di Lembor, Manggarai Barat.

Julie mengungkapkan presiden Jokowi mengingatkannya untuk menyiapkan tenun yang lembut. Permintaan tersebut bisa dipenuhi karena beberapa tahun terakhir Dekranasda Provinsi NTT sudah berinovasi dalam menenun termasuk tenun motif Mata Manuk tersebut.

"Tenun saya ambil dariLembor, kebetulan kepala negara pada salah satu hari (KTT ASEAN) akan memakai tenun yang Mata Manuk itu," kata Julie di LabuanBajo, Kamis (27/4/2023).

Sejarah Tenun Mata Manuk

Maria Elisabeth C. Pranda memperlihatkan kain tenun Manggarai Barat motif Manuk.  Produknya tenunnya ikut Pameran UMKM di Festival Budaya Gua Batu Cermin, Labuan Bajo. (Ambrosius Ardin)Maria Elisabeth C. Pranda memperlihatkan kain tenun Manggarai Barat motif Manuk. Produknya tenunnya ikut Pameran UMKM di Festival Budaya Gua Batu Cermin, Labuan Bajo. (Ambrosius Ardin) Foto: Maria Elisabeth C. Pranda memperlihatkan kain tenun Manggarai Barat motif Manuk. Produknya tenunnya ikut Pameran UMKM di Festival Budaya Gua Batu Cermin, Labuan Bajo. (Ambrosius Ardin)

Munculnya tenun songket khas Manggarai Barat dengan motif Mata Manuk berawal ketika Perwakilan Perindagkop Provinsi NTT dan perwakilan Pemerintah Pusat datang menemui Else di Labuan Bajo pada 2007. Saat itu, ia menjabat sebagai Ketua Dekranasda Kabupaten Manggarai Barat. Manggarai Barat saat itu baru saja menjadi kabupaten definitif, pemekaran dari kabupaten Manggarai.

Perwakilan Pemerintah Pusat dan Perindagkop Provinsi NTT mendorong Manggarai Barat agar memiliki tenun khasnya sendiri. Sebelumnya, Manggarai Barat menggunakan tenun khas Manggarai. Masyarakat kedua kabupaten ini memiliki budaya yang sama.

"Ibu punya kabupaten sudah definitif dari 2003, jadi ibu harus memiliki kain tenun khas Mabar dengan tidak melupakan sebagian motif dari Manggarai induk," ungkap Else menirukan kata-kata perwakilan Pemerintah Pusat dan Perindagkop Provinsi NTT yang menemuinya ketika itu.

Ia kemudian memilih motif Mata Manuk berawal ketika dirinya sering menemani suaminya, Fidelis Pranda, yang menjadi bupati pertama Manggarai Barat, berkunjung ke desa-desa. Setiap kali ke desa, masyarakat setempat menyambut bupati dengan Manuk Kapu, penyambutan secara adat dengan sarana seekor ayam.

"Berjalannya waktu saya sering ke desa, dan saya melihat penerimaan bapak sebagai Bupati selalu memakai ayam. Dari sanalah timbul inspirasi saya. Kalau begitu saya membuat tenun khas Manggarai Barat dengan nama Mata Manuk yaitu mata ayam," jelas Else

Ia mengatakan Mata Manuk mengandung nilai filosofis. "Karena filosofi ayam memiliki hubungan religius dengan manusia. Ayam memiliki filosofi yang cukup banyak. Bagi orangManggarai, ayam adalah sarana untuk persembahan kepada Tuhan, sarana persembahan kepada leluhur, sarana persaudaraan," ujarnya.

Demikian juga mata ayam, kata dia, juga memiliki nilai filosofis tersendiri. "Ayam memiliki ketajaman melihat musuh. Contoh kalau lihat elang atau biawak ayam lari ke sana ke mari. Ayam juga punya ketajaman melihat makanan ketimbang mata manusia. Lalu ayam sebagai tanda waktu, pagi dan sore atau malam. Dari sanalah filosofi itu saya angkat," jelas Else.

Sebelum mengambil keputusan final untuk menggunakan motif Mata Manuk, ia terlebih dahulu membuat seminar sehari untuk membahas motif tersebut. Banyak pihak dilibatkan dalam seminar itu.

"Saya sebagai ketua Dekranasda waktu itu saya seminarkan sehari, libatkan SKPD, DPRD, organisasi perempuan, pengrajin, tokoh adat, tokoh masyarakat. Pembicaranya tunggal karena saya yang menemukan motif Mata Manuk itu," kata Else.

Setelah diseminarkan, ia melaporkannya ke Bupati, Pemerintah Provinsi NTT hingga mengurus hak cipta ke Kementerian Hukum dan HAM. Saat bersamaan tenun Manggarai Barat dengan motif Mata Manuk mulai diproduksi, sambil menunggu hak cipta. Namun, hak cipta itu tak kunjung dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan HAM hingga Else tak lagi menjabat Ketua Dekranasda Manggarai Barat.

Beberapa tahun setelah menjadi warga biasa, Else mengurus lagi hak cipta ke Kementerian Hukum dan HAM. Ia mengajukan hak cipta itu atas nama pribadinya.

Perjuangan mendapatkan hak cipta itu dilakukannya ketika suaminya sudah meninggal dunia. Hak cipta itu akhirnya didapatkannya pada September 2020.

"Hak cipta atas nama saya karena saya tidak Ketua Dekranasda lagi, dan saya punya hak merek juga atas nama saya," ujar Else.

Saat ini tenun motif Mata Manuk itu dibuat tak hanya dalam bentuk kain. "Ada juga dress, tas, topi," tandas Else.




(nor/bir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads