Mengenal Kain Tenun Sikka Khas NTT: Proses Pembuatan, Motif, dan Maknanya

Mengenal Kain Tenun Sikka Khas NTT: Proses Pembuatan, Motif, dan Maknanya

Dewa Gede Kumara Dana - detikBali
Kamis, 11 Mei 2023 23:38 WIB
Model memperagakan koleksi berbahan utama kain tenun Sikka dalam acara peragaan busana kolaborasi Pendopo, Didiet Maulana, dan Iyonono bertajuk Kelindan Sikka di Pendopo Living World Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (23/11/2022).
Tenun Sikka. Foto: Andika Prasetia/Detikcom
Sikka -

Indonesia memiliki berbagai jenis kain tenun yang indah dapat ditemukan. Dari banyaknya jenis kain tenun yang tersebar, salah satu yang memiliki makna filosofis dan nilai keindahan adalah kain tenun Sikka.

Kain tenun Sikka merupakan karya tenun asli dari Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang pembuatannya diklaim bisa memakan waktu yang sangat lama. Mengutip dari laman resmikik.dgip.go.id, sampai sekarang sebanyak 52 motif ikat tenun Sikka telah mendapat pengakuan sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).

Tenun Sikka sendiri dikerjakan oleh para wanita daerah setempat sejak dahulu dengan cara ikat dan tenun menggunakkan alat-alat tradisional.

Warisan budaya leluhur ini sampai sekarang masih tetap dipertahankan dan dikembangkan, karena memiliki nilai filosofi dan estetika yang tinggi perlambang dari status sosial dan budaya serta memiliki nilai ekonomi.

Motif

Ibu warga desa Nita menyeleseikan pembuatan kain tenun dengan cara tradisional di sanggar tenun Nita Pleat pimpinan Alfonsa Horeng di Desa Nita, Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (4/8/2016). Sanggar ini menjadi wadah ibu-ibu penenun tradisional yang tinggal disekitar tempat ini. Wisatawan yang berkunjung dapat berinteraksi, serta mempelajari langsung proses pembuatan kapas menjadi kain yang melewati 45 tahap mulai memintal kapas, mewarnai dengan warna alami hingga menenun menjadi sebuah kain. Harga tenun dengan pewarna alami dijual dengan harga mulai Rp 1 juta hingga 5 juta rupiah.Ibu warga desa Nita menyeleseikan pembuatan kain tenun dengan cara tradisional di sanggar tenun Nita Pleat pimpinan Alfonsa Horeng di Desa Nita, Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (4/8/2016). Foto: Agung Pambudhy

Dikutip dari laman resmi https://kebudayaan.kemdikbud.go.id, motif kain tenun Sikka sangat beragam dan bervariasi baik motif yang menampilkan keaslian sarung jaman dulu yang disebut Utan(g) Jentiu maupun motif kreasi pengrajin sendiri.

Ikat Tenun Sikka memiliki kekhasan dan sangat populer baik nasional maupun internasional karena masing-masing motif mempunyai pesan moral tersendiri dan dapat dibedakan dengan jelas dari motif-motif daerah lain yang ada di Indonesia dan menjadi ikon Pemerintah Kabupaten Sikka.

Ada beberapa motif yang sering dituangkan dalam menenun kain tenun Sikka ini antara lain:
1. Motif binatang jantan dan betina seperti kuda, rusa, buaya, kadal, ular, naga, ikan, gurita, ketam, udang, ayam, murai, elang dan kakatua
2. Motif tumbuh-tumbuhan seperti pohon tanpa identifikasi dan sayur-sayuran
3. Motif empat kaki ayam adalah pars pro toto bagi ayam atau ayam naga, pengaruh lukisan bentuk naga pada berbagai tembikar cina
4. Motif merak, musang dan kalong

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arti Simbolik

Motif kain tenun yang mempunyai arti simbolik antara lain utang moko yang digunakan untuk upacara perladangan, utang breke sebagai upacara tolak bala, utang jarang atabian sebagai upacara kematian.

Lalu utang merak sebagai pakaian pengantin perempuan, utang mitang merupakan motif untuk orang tua, utang wenda merupakan motif hidup bahagia, utang rempe sikk bersimbol hidup rukun.

ADVERTISEMENT

Ada juga utang mawarani bersimbol bintang kejora dan utang sesa weor digunakan buat pengantin yang dilambangkan burung murai berpasangan.

Fungsi dan Pesan Moral

Fungsi dari kain tenun Sikka sebagai pakaian sehari-hari dari masyarakat Sikka. Namun kain tenun ini ternyata juga dijadikan sebagai mas kawin (belis) dan upacara-upacara adat orang Sikka.

Kain tenun biasa dipakai untuk sarung perempuan (utang), sarung pria (lipa) dan ikat kepala (lensu). Pesan moral edukatif tentang kain tenun dalam adat budaya Sikka adalah Dua utang ling labu weling yang artinya kain sarung dan baju setiap wanita haruslah bernilai, berharga.

Proses Pembuatan

Ibu warga desa Nita menyeleseikan pembuatan kain tenun dengan cara tradisional di sanggar tenun Nita Pleat pimpinan Alfonsa Horeng di Desa Nita, Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (4/8/2016). Sanggar ini menjadi wadah ibu-ibu penenun tradisional yang tinggal disekitar tempat ini. Wisatawan yang berkunjung dapat berinteraksi, serta mempelajari langsung proses pembuatan kapas menjadi kain yang melewati 45 tahap mulai memintal kapas, mewarnai dengan warna alami hingga menenun menjadi sebuah kain. Harga tenun dengan pewarna alami dijual dengan harga mulai Rp 1 juta hingga 5 juta rupiah.Ibu warga desa Nita menyeleseikan pembuatan kain tenun dengan cara tradisional di sanggar tenun Nita Pleat pimpinan Alfonsa Horeng di Desa Nita, Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (4/8/2016). Sanggar ini menjadi wadah ibu-ibu penenun tradisional yang tinggal disekitar tempat ini. Wisatawan yang berkunjung dapat berinteraksi, serta mempelajari langsung proses pembuatan kapas menjadi kain yang melewati 45 tahap mulai memintal kapas, mewarnai dengan warna alami hingga menenun menjadi sebuah kain. Harga tenun dengan pewarna alami dijual dengan harga mulai Rp 1 juta hingga 5 juta rupiah. Foto: Agung Pambudhy

Proses kerja ikat tenun membutuhkan waktu yang cukup lama. Berawal dari menyiapkan peralatan, proses mendapatkan serat kapas, membuat serat menjadi benang, proses mengikat di atas benang, pewarnaan secara alami, menyusun lungsing dan menenun dilakukan secara turun temurun sebagai pekerjaan pokok kaum wanita selain mengurus rumah tangga dan kebun tanpa melalui suatu pendidikan formal atau pelatihan khusus.

Artikel ini ditulis oleh Dewa Gede Kumara Dana, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads