Mahasiswa Indonesia di Sudan, Danial Alya, menuturkan perusahaan telekomunikasi memutus jaringan telekomunikasi di seluruh, Sudan. Pemutusan jaringan itu dilakukan sebelum Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Sudan pada Minggu (23/4/2023) dan Senin (24/4/2023).
"Sebelum dievakuasi, beberapa hari ini provider jaringan dimatikan di seluruh Sudan," kata mahasiswa asal Desa Darek, Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), itu kepada detikBali, melalui WhatsApp, Selasa (25/4/2023).
Danial kini masih berada di Ibu Kota Sudan, Khartoum. Dia masih menunggu giliran untuk dievakuasi oleh Kemenlu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kebagian gelombang (evakuasi) hari ini," kata pria berusia 33 tahun itu.
Lain lagi dengan Abdurrasyid. Mahasiswa Al-Qur'anul Kariim asal Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, itu sudah meninggalkan Khartoum sejak Senin siang.
Abdurrasyid meninggalkan Khartoum menuju Port Sudan bersama ratusan WNI lainnya dengan menggunakan bus. "Perjalanan 15 jam dari Ibu Kota Khartoum, Sudan," tuturnya.
Abdurrasyid menerangkan WNI yang sudah dievakuasi akan dibawa ke Jeddah, Arab Saudi, menggunakan pesawat. "Sesuai keterangan Ibu Menteri (Retno Marsudi) kami menunggu untuk dibawa ke Jeddah, Arab Saudi," ungkapnya.
Menurut Abdurrasyid, keadaan di Port Sudan jauh lebih baik dibandingkan situasi di Khartoum. "Keadaan di sini lumayan lebih baik," ujarnya.
Pemerintah mengevakuasi 538 WNI dari Khartoum, Sudan, yang saat ini tengah dilanda pertempuran antara tentara Sudan dengan Rapid Support Forces (RSF) "Ini adalah evakuasi tahap satu yang dipimpin langsung oleh Dubes RI di Khartoum," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi dalam pernyataan pers secara daring, Senin (24/4/2023).
(gsp/hsa)