Seperti julukannya Pulau Seribu Masjid, Lombok tak hanya didominasi penduduk muslim, tapi memiliki banyak masjid. Salah satunya Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Di Kota Seribu Masjid ini, ada Masjid Raudhatul Muttaqin yang merupakan masjid tua dan bersejarah. Masjid ini juga telah ditetapkan sebagai cagar budaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lokasi
Masjid Raudhatul Muttaqin berlokasi di Jalan Gunung Merapi, Dasan Agung Baru, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Untuk mencapai masjid ini, hanya memerlukan waktu sekitar 11 menit jika menempuh perjalanan dari Lombok Epicentrum Mall. Anda juga bisa mengakses lokasi masjid melalui Google Maps.
Sejarah
Masjid Raudhatul Muttaqin awalnya dibangun di Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur. Karena beberapa alasan, akhirnya masyarakat sepakat memindahkan bangunan ke Desa Kotaraja pada 1100 H (1679 M).
Bangunan masjid diperkirakan sudah berumur sekitar 200 tahun sejak dipindah ke Desa Kotaraja. Sementara usia masjid diperkirakan sekitar 538 tahun jika ditambah usia ketika berada di Desa Loyok.
Tak hanya masjid yang berpindah, para jemaah juga ikut pindah. Bisa dikatakan, masyarakat Desa Loyok ikut pindah dan membangun desa di Kotaraja.
Raden Sute Negare, Raden Lung Negare, dan Raden Mas Oda dipercaya sebagai tokoh-tokoh yang berperan penting dalam pemindahan dan pembangunan masjid kala itu. Raden Mas Oda dipercaya menjadi imam di Masjid Raudhatul Muttaqin, sekaligus tokoh yang mengurus masalah keagamaan untuk masyarakat Desa Kotaraja kala itu.
Baca juga: Masjid Bengak, Masjid Tertua di Kota Mataram |
Struktur Bangunan
Bahan utama masjid yang di bawah dari Desa Loyok adalah empat tiang utama masjid dari kayu nangka, balok kayu, bedug dari kayu renggasing. Konon bedug ini dijadikan tambur perang selama perang melawan kerajaan Bali.
Beberapa bahan masjid tersebut diketahui masih ada dan tetap terjaga sampai sekarang. Tembok masjid dulunya dibuat dari bata mentah dan atap ilalang. Sekitar 1700-an masehi, atap ilalang tersebut diganti menggunakan sirep bambu.
Tahun 1980, atap masjid diganti kembali menggunakan genteng yang didatangkan langsung dari Palembang. Cerita masyarakat sampai sekarang, walaupun genteng diinjak ataupun dijatuhkan, genteng ini tidak akan pecah dan patah.
Pernah terjadi gempa pada 1990 yang mengakibatkan palang balok kayu patah, sehingga harus diganti. Dipugar terakhir tahun 2004, total bangunan masjid ini yang sudah diganti sekitar 75 persen.
Keunikan
Yang menjadi daya tarik masjid ini adalah terdapat kaligrafi di dalam bangunan masjid. Ukiran kaligrafi kuno terdapat di dinding mimbar Masjid Raidhatul Muttaqin. Kaligrafi ini dibuat oleh Tuan Guru Haji Lalu Abdul Rahman.
Kaligrafi ini juga dapat ditemukan di atas daun pintu dan jendela masjid. Pintu masjid kuno ini dibuat oleh masyarakat Tionghoa yang dulu berada di Kotaraja. Pintu kayu dengan gambar kupu-kupu ini, masih terlihat sangat kuat walaupun sudah berumur ratusan tahun.
Artikel ini ditulis oleh Dewa Gede Kumara Dana, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/irb)