Jumlah ternak babi yang mati di Nusa Tenggara Timur (NTT) terus bertambah. Berdasarkan data Dinas Peternakan NTT per 7 Januari 2023, sudah ada sebanyak 349 ekor babi yang mati secara mendadak.
"Data terakhir yang kami himpun kemarin itu 349 ekor tersebar di sembilan kabupaten/kota," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan NTT Melky Angsar di Kupang, Rabu (8/2/2023).
Baca juga: 256 Babi Mati di NTT karena Demam Afrika |
Melky merinci ternak babi yang mati secara mendadak tersebar di Kota Kupang sebanyak (49) ekor, Kabupaten Kupang (77), Kabupaten TTU (3), Kabupaten Sumba Barat Daya (53), Kabupaten Sumba Barat (3), Kabupaten Ende (41), Kabupaten Sikka (43), Kabupaten Flores Timur (33) dan Nagekeo (47)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, jumlah ternak babi yang mati di NTT sebanyak 256 ekor per 26 Januari 2023. Ternak babi tersebut mati karena serangan penyakit demam babi Afrika atau ASF.
Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang Yulius Umbu Hunggar mengatakan pengawasan pintu masuk pengiriman ternak akan diperketat. Hal itu bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit berbahaya pada ternak di NTT.
"Kami perketat pengawasan di pelabuhan laut dan bandara," ungkapnya.
Yulius menambahkan penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK) dan demam babi Afrika (ASF) yang menyerang hewan ternak memerlukan dukungan berbagai pihak. "Kami perlu kolaborasi bersama sehingga bisa meminimalisir penyebaran penyakit berbahaya karena sektor peternakan penunjang pendapatan ekonomi masyarakat," pungkasnya.
Pekan lalu, Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang memusnahkan 500 kilogram daging babi hutan (celeng) asal Bau-bau, Sulawesi Tenggara. Daging babi yang disimpan dalam 12 boks itu dibakar sebagai upaya pencegahan penyebaran PMK dan ASF.
(iws/BIR)