Respons Bupati Manggarai Barat soal Kelangkaan Minyak Tanah di Labuan Bajo

NTT

Respons Bupati Manggarai Barat soal Kelangkaan Minyak Tanah di Labuan Bajo

Ambrosius Ardin - detikBali
Selasa, 15 Nov 2022 19:50 WIB
Warga Labuan Bajo antre membeli minyak tanah pangkalan minyak tanah Norma Yati Komplek SPBU Wardun Pasar Baru, Labuan Bajo, Sabtu (5/11/2022). Foto: Ambrosius Ardin
Warga Labuan Bajo antre membeli minyak tanah pangkalan minyak tanah Norma Yati Komplek SPBU Wardun Pasar Baru, Labuan Bajo, Sabtu (5/11/2022). Foto: Ambrosius Ardin
Manggarai Barat - Kelangkaan minyak tanah masih terjadi di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi merespons keluhan warga soal kelangkaan minyak tanah di Labuan Bajo.

Edi Endi, sapaan akrabnya, mengatakan akan segera berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk mengatasi kelangkaan minyak tanah tersebut, salah satunya dengan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). Badan ini yang mengatur kuota migas untuk suatu daerah.

"Ini informasi yang sangat berharga. Nanti sepulang dari sini kami akan koordinasi, kami akan rapat, kami akan bersurat ke BPH Migas supaya kelangkaan terkait kebutuhan pokok masyarakat di antaranya minyak tanah atau LPG supaya itu bisa diatasi dalam waktu yang sesingkat-singkatnya," kata Edi Endi saat ditemui di Mapolres Manggarai Barat, Selasa (15/11/2022).

Pihaknya akan mengkaji kebutuhan minyak tanah di Manggarai Barat, sehingga bisa diusulkan penambahan kuota minyak tanah untuk tahun 2023. "Kami akan mengecek berapa kebutuhan eksisting termasuk berapa peningkatannya. Sehingga usulan kita di tahun 2023 nanti kita akan memaparkan kondisi eksisting terkait minyak tanah maupun LPG. Sehingga tahun 2023 kelangkaan-kelangkaan yang disampaikan itu tidak terjadi lagi," jelasnya.

Edi Endi juga akan berkoordinasi dengan Pertamina. Tidak menutup kemungkinan dari hasil koordinasi tersebut akan dilakukan sweeping terhadap agen atau pangkalan yang diduga melakukan penimbunan minyak tanah maupun pedagang yang menjual dengan harga tak wajar.

"Kami akan lakukan koordinasi dengan pemegang otoritas (Pertamina) sehingga kalau dalam hasil diskusi nanti perlu ada aksi, sweeping dan lain sebagainya, tapi kita koordinasi," pungkas Edi Endi.

Sebelumnya diberitakan, sejak hampir dua bulan lalu, warga Labuan Bajo yang umumnya menggunakan kompor minyak tanah untuk memasak masih kesulitan mendapatkan bahan bakar tersebut.

Jika beruntung mendapat minyak yang dijual eceran di pinggir jalan, namun harganya melambung tinggi. Di depan Pasar Baru Labuan Bajo, pengecer menjual minyak tanah dengan harga Rp 20.000/botol 1,5 liter.

Padahal harga minyak tanah di pangkalan Rp 5.000/liter. Di warung atau penjual eceran di pinggir jalan biasa menjual Rp 7000/liter sebelum terjadi kelangkaan seperti saat ini.

Di sisi lain, LPG subsidi (3 kg) belum tersedia di Labuan Bajo karena belum ada program konversi minyak tanah ke LPG. Adapun LPG 12 kg hanya digunakan kalangan terbatas karena harganya yang dinilai mahal.


(nor/dpra)

Hide Ads