Labuan Bajo - Puluhan warga Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) antre membeli minyak tanah Sabtu (12/11/2022). Kelangkaan minyak tanah ini berdasarkan pantauan
detikBali telah terjadi sejak dua bulan terakhir.
Mereka terlihat mengantre di pangkalan minyak tanah Norma Yati Komplek SPBU Wardun Pasar Baru desa Gorontalo Kecamatan Komodo, Labuan Bajo. Warga mulai mengantre sejak pukul 14.000 Wita dan harus mendaftarkan namanya terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan minyak tanah.
Terlihat pemilik pangkalan memegang kertas dan pulpen untuk mencatat nama-nama yang mengantre minyak tanah tersebut. Mereka yang mengantre minyak ini ada anak-anak, orang dewasa baik perempuan maupun laki-laki. Ada yang membawa lebih dari satu jeriken dengan ukuran paling kecil 5 liter.
"Antre mulai jam 2 (pukul 14.00 Wita)," kata Getinsia salah satu warga Labuan Bajo usai membeli minyak pada pukul 18.00 Wita saat ditemui detikBali, Sabtu (12/11/2022).
Warga hanya dijatah maksimal 5 liter per orang. Terlihat beberapa orang yang membawa lebih dari satu jeriken 5 liter, pulang dengan hanya satu jeriken yang terisi. Demikianpun yang membawa jeriken 10 liter, hanya bisa diisi liter.
Antrean minyak tanah bukan kali ini saja terjadi. Hampir dua bulan terakhir sering terlihat antrean panjang di tempat tersebut, dan pangkalan lainnya di Labuan Bajo.
Karena stok minyak terbatas, warga tidak bisa membeli minyak dalam jumlah banyak. Ada jeriken yang dibawa pulang dalam keadaan kosong. Jeriken yang berukuran besar pun hanya bisa terisi setengahnya.
Sejak awal bulan ini, terjadi kelangkaan minyak tanah di Labuan Bajo. Di daerah Kaper, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo minyak tanah yang biasa dijual di pinggir jalan banyak yang habis.
Di tempat yang masih tersisa minyak tanah bahkan pernah dijual eceran Rp15.000/botol kemasan air mineral 1,5 liter. Tapi minyak tidak terisi sampai 1,5 Liter.
"Tidak penuh botol 1,5 liter itu," kata Pestaria warga lain yang membeli 2 botol minyak tanah saat ditemui detikBali beberapa waktu lalu.
Ia mengeluh harga minyak tanah saat ini mahal. Padahal, ia biasa membeli dengan harga Rp7.000/liter.
"Mahal sekali itu Rp15.000 tidak sampai 1,5 liter. Biasanya beli 1 jeriken 5 liter Rp 35.000," keluhnya.
Selengkapnya klik halaman berikutnya
Tak Ada Pasokan Minyak Sejak Awal November Warga Labuan Bajo antre membeli minyak tanah pangkalan minyak tanah Norma Yati Komplek SPBU Wardun Pasar Baru, Labuan Bajo, Sabtu (5/11/2022). Foto: Ambrosius Ardin Foto: Warga Labuan Bajo antre membeli minyak tanah pangkalan minyak tanah Norma Yati Komplek SPBU Wardun Pasar Baru, Labuan Bajo, Sabtu (5/11/2022). Foto: Ambrosius Ardin |
Sementara, Pangkalan Minyak Tanah Mitra di Jalan Mgr Vitalis Jebarus, Wae Mata, Desa Gorontalo sudah tidak mendapat pasokan minyak tanah dari Agen Pertamina pada bulan November. Di pangkalan yang berada di pusat Kota Labuan Bajo itu terlihat belasan drum yang tidak terisi minyak.
"Tidak ada minyak bulan ini. Setiap hari ada yang datang cari minyak," ungkap Stela (20), pegawai Pangkalan Minyak Tanah Mitra.
Minyak tanah di pangkalan-pangkalan di Labuan Bajo disalurkan oleh agen yang bermitra dengan Pertamina. Agen mengambil minyak di Depot Reo, Kabupaten Manggarai, jauh dari Labuan Bajo.
Hal berbeda dikatakan salah satu agen penyalur minyak tanah di Labuan Bajo adalah Wardun Perkasa Jaya. Agen ini menyalurkan minyak tanah ke 22 pangkalan di Manggarai Barat, salah satunya pangkalan minyak tanah Norma Yati.
Devi Beda (31) dari Agen Wardun Perkasa Jaya mengklaim tak ada kelangkaan minyak tanah di Labuan Bajo. "Kecuali ini hari ada, besok tidak ada, lusa tidak ada, baru ada lagi itu baru kelangkaan tapi ini setiap hari ada. Minyak itu ada, setiap hari minyak itu masuk, dikirim dari Depot Reo," katanya.
Jatah Minyak Tanah Tiap Pangkalan 5000 Liter Per Bulan
Devi Beda (31) dari Agen Wardun Perkasa Jaya mengatakan, distribusi minyak tanah ke pangkalan dilakukan tiap hari kecuali Minggu dan hari libur. Dalam satu hari hanya ada 1 tangki (berisi 5000 liter) yang datang dari Reo, maka itu dibagi merata hanya kepada 11 pangkalan.
Setiap pangkalan bisa mendapat 2-3 drum. Setiap drum berisi 200 liter. Keesokannya, giliran 11 pangkalan lain disalurkan. Namun, kalau sehari itu datang 2 tangki, maka disalurkan merata ke semua pangkalan.
Devi mengatakan, agen tidak bisa menyalurkan minyak tanah dalam jumlah banyak setiap hari. Setiap pangkalan hanya dijatah 5000 liter per bulan sesuai aturan yang dibuat Pertamina. Kuota itu dipenuhi bertahap dalam satu bulan dan merata jumlahnya tiap pangkalan.
"Aturan 1 pangkalan 1 bulan hanya boleh maksimal 5000 liter, mengantisipasi banyak minyak di satu pangkalan digunakan untuk kebutuhan yang tidak sesuai, buat proyek, ditimbun ke mana-mana, karena ini minyak subsidi," jelasnya.
Ia mengaku ada pangkalan yang mengeluh keterbatasan minyak tanah, karena banyak warga yang membutuhkannya. Tapi, agen kata dia, tidak bisa penuhi permintaan untuk menyalurkan dalam jumlah banyak.
"Jadi dikontrol benar-benar. Dari pangkalan-pangkalan minta, mengeluhkan, orang sebanyak ini kami minta 8 drum 10 drum tapi agen sudah aturannya tidak bisa sebanyak itu. Bagaimana caranya pangkalan biar merata pembagiannya," tegas Devi.
Untuk diketahui, masyarakat Labuan Bajo umumnya menggunakan kompor bahan bakar minyak tanah untuk memasak. Belum tersedia gas LPG subsidi (3 kilogram) di Labuan Bajo. Sementara LPG 12 kilogram hanya digunakan kalangan terbatas karena harganya dinilai mahal.
Simak Video "Video: Momen Uskup Labuan Bajo Pimpin Ibadat Jalan Salib untuk Tahanan"
[Gambas:Video 20detik]